Sesungguhnya Aku Telah Mencium Bau Surga

0

Jika Anda kehilangan semangat dalam hidup, berhentilah sejenak untuk membaca kisah ini. Jika Anda kehilangan gairah untuk senantiasa berdakwah di jalan Allah Ta’ala, mari menepi dalam keheningan untuk menikmati cerita ini. Ini adalah kisah nyata tentang sahabat yang berucap, “Sesungguhnya aku telah mencium bau surga.”

Dikisahkan oleh Imam al-Bukhari yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik yang diridhai Allah Ta’ala, ia menuturkan pamannya yang bernama Anas bin Nadhr. Beliau, Anas bin Nadhr, merupakan sahabat yang tidak mengikuti Perang Badar. Maka dalam kesempatan kedua di bukit Uhud, dia berkata lantang, “Seandainya Allah Ta’ala menyertakanku bersama Rasulullah, niscaya Allah Ta’ala akan akan melihat kesungguhan terhadap apa yang aku lakukan (dalam jihad).”

Maka ia menerjang musuh di Uhud dengan kemampaun terbaik yang dimilikinya. Maju tanpa mundur, menerjang tanpa takut, dengan senantiasa memuji Allah Ta’ala dalam dzikir-dzikirnya di medan jihad.

Hingga ketika terjadi sekelompok kaum muslimin yang menyelisihi perintah Nabi-dan terdapat pelajaran yang banyak di dalamnya-, Anas bin Nadhr memanjatkan pinta, “Ya Allah, aku memohon maaf atas apa yang dilakukan oleh mereka (sebagian kaum muslimin penyelisih perintah Nabi dalam Perang Uhud). Dan aku berlepas diri atas apa yang dilakukan oleh orang kafir.”

Ketika bertemu dengan Sa’ad bin Mu’adz, Anas bin Nadhr pun mengucapkan kalimat agung ini. Inilah kalimat yang membuatnya menerjang musuh tanpa takut hingga ia terbunuh sebagai seorang pejuang Islam. “Hai Sa’ad,” serunya bersemangat, “sesungguhnya aku telah mencium bau surga di balik Uhud.”

Tutur Imam Ibnu Katsir mengutip kisah ini dalam Tafsirnya, “Lalu ia terus maju hingga terbunuh. Tidak ada yang mengenali jasadnya kecuali saudara perempuannya. Ia mengenalinya melalui tahi lalat atau ujung jarinya.”

Terkait jumlah musuh yang berhasil dibunuhnya, kiranya bisa ditebak dari jumlah tusukan, sabetan, goresan pedang yang mendarat di tubuh gagahnya. Kata Ibnu Katsir mengakhiri riwayat ini, “Pada tubuhnya terdapat delapan puluh tikaman, bekas pukulan, dan tusukan anak panah.”

Demikianlah kejujuran niat. Allah akan berikan balasan terbaik sebagaimana yang diniatkan. Dia tidak akan menzhalimi siapa yang sungguh-sungguh memperjuangkan agama-Nya. Maka bagi Anas bin Nadhr dan semua sahabat yang syahid di medan Uhud, semoga Allah Ta’ala memberikan tempat terbaik bagi mereka, dan kita bisa meneladani sikap gagah beraninya dalam memperjuangkan kalimat Allah Ta’ala di muka bumi ini.

Hayya ‘alal jihad. [Pirman]

Artikel sebelumnyaSeperti Mimpi, Dua Puluh Tujuh Juta dalam Sekejap Mata
Artikel berikutnyaPernahkah Allah Menolak Permintaan Kita?