Selamatkan Ayah dari Durhaka!

0
sumber ilustrasi: alchetron.com

Laki-laki ini hidup dalam kemelimpahan harta bersama dengan istri dan satu anaknya. Di sebuah hunian mewah. Bersama mereka turut pula sang ayah dari laki-laki. Sudah tua. Tidak berdaya. Sakit-sakitan dan sudah kehilangan daya ingatnya.

Seiring berjalannya waktu, sang istri berkata kepada laki-laki yang tak lain adalah suaminya itu. “Mas, bagaimana kalau kita pindahkan bapak (mertuanya) ke loteng atas? Beliau sudah sering lupa terkait banyak hal. Dan sepertinya juga sudah tidak banyak berinteraksi dengan orang lain.”

Lantaran sang istri terus-menerus berkata menyampaikan argumen, si laki-laki berkata singkat. “Pindahkan beliau dimana pun, sesuka hatimu.”

Berbilang masa yang lama, sang istri dan anaknya bergantian mengantarkan makanan ke loteng atas. Ada piring dan wadah minum khusus yang digunakan. Berbeda dengan yang mereka gunakan. Pun soal makanan, sang istri membedakan menu untuk bapak mertuanya dengan menu yang mereka santap.

Lama setelah itu, sang istri kembali mengeluh. Kelelahan naik-turun loteng. Dia menyampaikan usul kepada suaminya. “Mas, aku lelah naik-turun. Bolak-balik. Bagaimana jika kita pindahkan bapak ke tempat di sebelah pintu gerbang? Sepertinya lebih memudahkan dalam mengantarkan makanan dan pengecekan. Mudah dilihat saat kita hendak pergi atau baru pulang.”

Kembali, sang laki-laki mengatakan, “Pindahkan beliau di mana saja. Sesuka hatimu.”

Tak butuh masa yang lama, sang ayah pun dipindahkan ke tempat di sebelah gerbang. Tak ubahnya satpam. Berdekatan pula dengan kandang binatang piaraan.

Suatu hari, tiga anak manusia ini tengah makan bersama. Tiba-tiba, sang anak menyampaikan permintaan kepada ayahnya, “Yah, jika nanti kakek meninggal dunia, aku boleh menyimpan piring makan dan tempat minum yang digunakan kakek ya?”

Tertegun, laki-laki ini menjawab dengan tanya, “Memangnya buat apa, Nak?”

Dengan polosnya, si anak menyampaikan alasan, “Jika nanti ayah seusia kakek, aku akan menggunakan piring dan tempat minum itu untuk ayah.”

Laki-laki ini tak kuasa menahan haru yang langsung berlanjut dengan tangis penyesalan. Perkataan sang anak bak petir yang menyambar naluri terdalamnya. Anak kecil yang suci itu telah menyadarkan ayahnya dari tindakan durhaka.

Setelah laki-laki ini menguasai dirinya, dia berkata, “Mulai saat ini juga, aku tidak akan minum atau makan kecuali ada ayah di sini. Aku hanya mau makan jika beliau ada bersama kita.”

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]

Rujukan: Kisah-kisah Anak Durhaka, Khalid Abu Shalih

Artikel sebelumnyaMelarikan Diri dari Neraka dan Masuk Surga dengan Tidur
Artikel berikutnyaMonster Dajjal