Andai dosa mengeluarkan bau, mungkin kitalah sosok yang paling bau sehingga tiada satu pun orang yang mau mendekat dan bergaul dengan kita. Betapa tiap detiknya, seluruh anggota tubuh tak bisa lepas tuntas dari dosa dengan berbagai macam kadarnya.
Jika dosa berbentuk sebuah benda, mungkin sudah sangat banyak benda bernama dosa yang terkumpul sebab kesalahan yang kita kerjakan. Bahkan di tiap waktu yang kita lalui, tak ada sedetik pun yang kosong dari melakukan dosa kepada Allah Ta’ala Sang Pencipta.
Pikiran, barangkali tak pernah lepas dari memikirkan keburukan dan makar terhadap orang lain. Mata, mungkin tak pernah lepas dari pemandangan haram yang mengotori hati. Telinga, bukankah ia senantiasa mendengarkan perkataan dan lagu yang sia-sia, bahkan nyata merusaknya? Belum lagi mulut, tangan, kaki, hingga kemaluan dan angota tubuh yang lainnya.
Beruntungnya, Allah Ta’ala Maha Pengampun. Dia akan mengampuni siapa saja yang meminta pengampunan dari-Nya. Pun, jika dosanya sepenuh bumi, semelimpah air di samudera, atau setinggi gunung nan menjulang.
Berikut ini satu riwayat yang membuktikan bahwa Allah Maha Pengampun. Meskipun, ini bukan pembenaran bagi kita untuk senantiasa bergelimang dalam dosa dan maksiat.
Tersebutlah seseorang yang berbuat dosa. Ia berkata kepada Rabbnya, “Ya Allah, aku telah melakukan dosa. Maka ampunilah dosaku, ya Rabb.”
Dia pun berfirman, “Hamba-Ku telah berbuat dosa. Ia mengetahui, bahwa dirinya memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan memberikan hukuman kepadanya. Sungguh, Aku telah berikan ampunan kepadanya.”
Rupanya, setelah mendapatkan ampunan, hamba tersebut kembali melakukan dosa. Dan, saat tersadar, ia kembali meminta ampun kepada Allah Ta’ala dengan redaksi serupa dengan kalimat permohonan ampunan yang pertama.
Maka, Allah Ta’ala pun menjawab dengan redaksi serupa, “Hamba-Ku telah berbuat dosa. Ia mengetahui, bahwa dirinya memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan memberikan hukuman kepadanya. Sungguh, Aku telah berikan ampunan kepadanya.”
Ternyata, sang hamba tidak berhenti. Sebab kealpaan dan kelemahannya sebagai manusia, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim, dan Ahmad bin Hanbal ini, hamba tersebut mengulangi melakukan dosa sebanyak lima kali, dan Allah Ta’ala mengampuni dengan menyampaikan kalimat yang sama.
Di akhir hadits yang dikutip oleh Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, Dia Ta’ala berkata, “Aku persaksikan bahwa Aku telah mengampuni Hamba-Ku. Maka, ia pun boleh berbuat sesukanya (sesuai ketentuan syariat Islam).”
Rabbighfirlanaa… Aamiin. [Pirman]