Tersebutlah kisah dua tikus dan dua kurcaci. Misi kedua jenis makhluk ini sama; mendapatkan keju yang ditempatkan di sebuah rumah. Dengan gegas, sang tikus berusaha mencari banyak jalan untuk mendapatkannya. Sedangkan dua kurcaci bersantai ria sambil menikmati waktu dengan aktivitas yang tak jelas.
Dalam benak dua kurcaci itu, tikus yang kecil itu tak mungkin mengalahkannya. Lagi pula, dia memiliki organ tubuh yang lebih lengkap. Sehingga, dalam hitungan bodohnya; keju itu pasti menjadi miliknya.
Atas kegigihannya, dua tkus itu berhasil sampai di tempat penyimpanan keju lebih awal. Namun, keju itu sudah tidak ada di tempatnya. Rupanya, sang pemilik rumah telah memindahkannya ke tempat lain. Tak butuh waktu yang lama, dua tikus itu pun langsung bergegas mencarinya dengan mengandalkan instingnya.
Tak lama kemudian, dua kurcaci pun dikagetkan dengan hilangnya keju. Aneh. Demikian anggapan dua kurcaci itu. Maka, keduanya berdebat. Yang satu menyalahkan lainnya, sembari menuduh bahwa dialah pihak yang menyebabkan mereka kehilangan keju sebab mengajaknya bersantai ria. Maka kurcaci yang disalahkan pun tidak mau menerima tuduhan itu. Terus seperti itu, keduanya masih berdebat dalam waktu yang lama, tanpa mencari solusi atas persoalan yang dihadapi.
Disadari atau tidak, kelakuan kebanyakan kita tak beda dengan sikap dua kurcaci itu. Kita lebih sibuk meratapi masalah, saling menyalahkan, hobi menuding dan melemparkan masalah, dan aneka tindakan buruk lainnya.
Alhasil, waktu, potensi, dan sumber daya yang kita miliki habis untuk berdebat. Padahal, jika semua yang kita miliki dimanfaatkan untuk mencari solusi, hasilnya jauh lebih baik dan tepat.
Karenanya, belajarlah dari dua tikus. Mereka tidak sibuk berdebat. Saat mengetahui keju incarannya hilang, mereka bergegas mencari jalan lain. Mereka berpikir berbagai kemungkinan, dan mengambil langkah yang tepat.
Demikianlah cara berpikir solutif. Maka, jangan berpikir kenapa bermasalah, kemudian berhenti. Namun, berpikirlah bagaimana; bagaimana bisa terjadi, bagaimana solusinya, bagaimana jika solusi itu tidak berhasil, dan sebagainya.
Jika pribadi-pribadi solutif ini ada di berbagai lini kehidupan, yakinlah satu hal; diri, keluarga, masyarakat, dan negara kita akan keluar dari kemelut masalah menuju kehidupan penuh solusi. Sebab, Allah Ta’ala tidak berikan beban, kecuali sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. [Pirman]