Ketika seseorang berada dalam kesusahan, kesedihan, masalah, atau keburukan lainnya, mereka akan berupaya sekuat tenaga untuk keluar dari kepelikan yang dialaminya dengan seluruh kemampuan yang dimiliki. Pun jika harus menebusnya dengan sesuatu yang amat berharga dalam dirinya.
Seperti itu pula keinginan orang-orang kafir. Mereka berani melakukan apa pun agar bisa keluar dari siksa neraka. Sayangnya, permintaan mereka tersebut sia-sia. Pasti tertolak. Meskipun mereka berkehendak menukar semua siksa yang dipanennya dengan emas sepenuh bumi. Semuanya telah terlambat.
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang di bumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk menebus diri mereka dengan itu dari azab hari Kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka beroleh azab yang pedih.”(Qs. al-Maidah [5]: 36)
Mereka hendak menebus siksa yang dialami dengan emas sepenuh bumi. Tapi, Allah Ta’ala tak akan pernah menerima negosiasi yang mereka sampaikan itu. “Tebusan itu,” jelas Ibnu Katsir, “tidak akan diterima darinya, dan tidak ada tempat baginya untuk melarikan diri dan berlindung.”
Ketika tawaran mereka untuk memberikan tebusan telah tertolak mentah-mentah, mereka pun berusaha sebisa mungkin agar bisa keluar dari siksa neraka. Mereka amat menghendakinya, meski kehendak dan keinginannya itu sia-sia belaka.
“Mereka ingin keluar dari neraka, padahal mereka sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya, dan mereka beroleh azab yang kekal.” (Qs. al-Maidah [5]: 37)
Merasakan siksa yang amat menyakitkan, mereka pun sangat menginginkan bisa keluar dari neraka. “Setiap kali luapan api mengangkat mereka,” demikian penjelasan Ibnu Katsir, “mereka berada di bagian paling atas dari neraka Jahannam.” Pikirnya, mereka bisa segera melompat keluar hingga terbebas.
Sayangnya, “Mereka dipukul oleh malaikat Zabaniyah menggunakan alat pemukul dari besi.” Dengan sekali pukul, mereka pun kembali ke dasar neraka untuk menikmati siksa yang telah disediakan oleh Allah Ta’ala atas keingkaran yang mereka lakukan.
Kemudian, mereka pun didatangkan. Redaksinya, mereka ditanya. Padahal, maknanya adalah olok-olok sebab kesombongan dan dusta yang mereka kerjakan saat di dunia dengan mengingkari Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
“Hai Anak Adam, bagaimana keadaan pembaringanmu?” firman Allah kepada mereka. “Tempat pembaringan yang paling jelek,” akunya dengan kepedihan yang mendalam. “Apakah kamu akan menebusnya dengan emas sepenuh bumi?” lanjut Allah Ta’ala seraya mengejek. “Tentu saja, wahai Rabbku.”
“Dusta!” gertak-Nya, “Aku telah memintamu untuk melakukan yang lebih ringan (mudah) dari itu, tetapi kamu tidak memenuhinya.” Kemudian, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim ini, “Ia pun diperintahkan untuk dibawa ke neraka.”
Semoga Allah Ta’ala menetapkan kita dalam Islam dan iman hingga akhir hayat. Semoga Allah Ta’ala kurniakan nikmat surga, dan jauhkan kita dari siksa neraka. Aamiin. [Pirman/Kisahikmah]