Pemimpin Negara yang Biaya Hidupnya Hanya 3 Dirham Per Hari

0
sumber gambar: pinkribbonblog

Mulanya, kerajaan ini dipimpin oleh raja-raja Persia. Turun-temurun. Sudah menjadi kebiasaannya, para raja Persia adalah sosok yang kudu diurusi oleh banyak pengawal. Mulai dari pendamping, yang menyiapkan makanan, dan pelatih binatang-binatang kesukaannya.

Disebutkan dalam Sejarah Raja-Raja Persia, salah seorang raja mengangis siang dan malam tanpa sebab yang jelas. Lalu, bertanyalah salah satu pengawalnya, “Apakah yang membuat Tuan menangis?”

“Aku,” jawab si raja bernada sedih, “tidak memiliki lagi seribu tukang masak, seribu pelatih burung rajawali, dan seribu pengiring. Lalu, bagaimana mungkin aku bisa hidup jika hanya memiliki seribu tukang masak dan seribu pelatih burung rajawali?”

Maka setelah Persia ditundukkan oleh kaum Muslimin, dan Salman al-Farisi menjadi salah satu pemimpinnya, datanglah seorang tukang bangunan. Setelah bertemu dengan sang sahabat asal Persia ini, tukang bangunan bertanya, “Apakah Tuan mau mendirikan rumah?”

“Tahukah kamu,” jawab Salman dengan tanya balik, “bagaimana membangun rumah untukku?”

“Tahu,” tegas tukang bangunan. Jelasnya menghasilkan decak kagum, “Rumah untuk Tuan hanya setinggi tubuh saat berdiri. Dan sepanjang tubuh Tuan jika berbaring.”

Inilah tipe generasi-generasi langit yang mencium surga sejak berada di atas bumi. Mereka tidak pernah hobi dengan dunia, tidak pula menyimpan ketertarikan dan hasrat yang mendalam kepada semua jenis perhiasannya. Mereka hanya mencukupkan untuk kebutuhan sehari-hari, sekadar menegakkan tulang punggung agar bisa beribadah sepanjang siang hingga malam harinya.

Tak hanya sederhana dalam soal bangunan rumah, Salman al-Farisi juga ketat dalam hal nafkah terkait kebutuhan dirinya. Ia, sebagaimana disebutkan dalam Tarbiyah Jihadiyah, hanya membutuhkan tiga dirham dalam sehari.

Satu dirham digunakan untuk modal usaha (membeli daun kurma dan bahan untuk membuat keranjang lalu dijual). Satu dirham lainnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan satu dirham sisanya digunakan untuk bersedekah di jalan Allah Ta’ala.

Terkait hari-harinya, Salman al-Farisi membagi malam untuk membuat anyaman keranjang, lalu sibuk beribadah kepada Allah Ta’ala, dan siangnya untuk menjual keranjang anyamannya senilai tiga dirham untuk biaya hidup esok harinya.

Inilah yang menjadi salah satu bukti, bahwa kejayaan tidak hanya dicapai dengan biaya yang mahal. Biaya hanyalah sarana. Sebab yang utama hanyalah iman. Imanlah yang menjadi sumber kekuatan dan kesederhanaan saat orang Islam dikaruniai kekuasaan yang dipenuhi fitnah.

Bagaimana dengan kaum Muslimin saat ini? [Pirman/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaInilah Pasukan Islam yang Mampu Berjalan di Atas Air
Artikel berikutnyaNasihat Bijak Sopir Bajaj