Nasihat ‘Umar bin Khaththab Terkait Kunci rezeki

0
ilustrasi @toppageattorney

Rezeki adalah misteri yang amat pasti. Misteri pada kapan diberikannya, tapi pasti diberikan. Misteri pada jumlahnya, tetapi pasti dijatahkan. Misteri prosesnya, tetapi pasti dicurahkan kepada hamba dari Rabb semesta alam.

Maka aspek misteri ini membuat seorang hamba menunduk patuh pada jatah yang diberikan oleh Allah Ta’ala, sedangkan kepastian membuat seorang hamba tak pernah galau apalagi pusing. Sebab pasti, dan Allah Ta’ala mustahil menyalahi atau mendustai janji-Nya.

Di tahap ini, perburuan soal rezeki harusnya sudah selesai. Sebab dijatah, maka tak usah galau. Cukup diusahakan sesuai kemampuan terbaik. Sesederhana itu. Kelarlah perkaranya.

Akan tetapi, dasar manusia, ada saja penyelewengan dan pembangkangan yang dilakukannya. Terkait kemisterian yang pasti ini, penyelewengan manusia, setidaknya ada pada dua perkara. Pertama, menuhankan sebab. Kedua, menafikan sebab.

Kelompok pertama ini amat giat bekerja. Menurutnya, bekerja adalah satu-satunya jalan agar seorang hamba dilimpahi rezeki dari Allah Ta’ala. Maka, ia mengerahkan seluruh kemampuan ruhani, pikiran, dan fisiknya untuk mendapatkan rezeki.

Pergi pagi, pulang petang, semua dikerjakannya dengan mengabaikan lelah. Meski menggelayut dan amat menyesakkan. Bahkan di malam kelam, saat orang-orang lelap dalam rehat, mereka tetap melakukan kerja-kerja demi mengupayakan rezeki.

Sayangnya, kelompok ini menafikan hal lain yang amat penting terkait rezeki ini; doa atau ibadah.

Nah, atas salah paham terhadap kelompok pertama ini, maka lahirlah kelompok kedua yang hanya mengandalkan doa atau ibadah ritual, lalu menolak aspek usaha sebagai satu di antara sekian banyaknya sebab didatangkannya rezeki bagi dirinya.

Yang dilakukan oleh kelompok ini hanya berdoa. Sepanjang hari, setiap waktu, di mana dan kapan saja. Selalu berdoa. Hanya munajat. Pikirannya kacau, meski nampak logis, “Jika mau, Allah bisa saja turunkan dua milyar dari langit seketika itu juga.”

Maka kepada golongan kedua ini, ‘Umar bin Khaththab menasihatinya dengan amat tegas, “Janganlah di antara kalian tidak berusaha, lalu berdoa, ‘Ya Allah, kurniakanlah aku rezeki’. Sementara kalian tahu,” lanjut ‘Umar, “bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas atau pun perak.”

Dan sebaik-baik hamba dalam soal rezeki, adalah mereka yang seimbang dan sejalan antara doa dan upaya. Berdoa sekhusyuk mungkin, dan mengupayakan yang terbaik sesuai kemampuannya. Selanjutnya, dia bertawakkal kepada Allah. Sebab mereka tahu, Allah Ta’ala menyukai hamba-hamba-Nya yang bertawakkal. [Pirman/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaTukang Cukur yang Mengajarkan Bab Haji pada Imam Ahmad bin Hanbal
Artikel berikutnyaDahsyatnya Pertarungan Rasulullah dengan Iblis