Setelah Mimpi Bertemu Ustadz Yusuf Mansur, Pengusaha Ini Bangun Pesantren Milyaran Rupiah dengan Dana Sendiri

0

Adalah sebuah karunia agung manakala kita menjadi sebab bagi sebanyak mungkin umat manusia untuk beramal shalih. Keteladanan yang diikuti secara terus menerus itu akan menjadi tabungan kebaikan, bahkan hingga ia meninggal dunia kelak.

Tak ada angin atau hujan, wanita yang merupakan pengusaha kuliner terkemuka di Solo Jawa Tengah ini bermimpi bertemu dengan Ustadz Sedekah, Yusuf Mansur. Dalam mimpinya, sang ustadz yang menetap di bilangan Tangerang Banten ini menggandeng seorang anak laki-laki. Kecil. Seperti putranya.

Dia sendiri, dalam mimpinya, tengah duduk di sebelah masjid. Oleh sosok yang mirip dengan putra pimpinan PPPA Darul Qur’an ini, sang wanita diajak. “Ayo, Bu.” Lantas mereka bertiga menuju ke makam sang suami wanita itu, yang terletak tak jauh dari masjid. Rupanya, masih dalam mimpi, makam suaminya tergenang air banjir.

Terkait mimpinya, wanita itu hanya bertutur, mungkin karena keinginannya yang mendalam untuk bertemu dengan sosok ustadz yang kerap mendakwahkan tentang al-Qur’an dan sedekah ini. Ia mengaku menyukai buku-buku sang ustadz dan mempraktikan ilmu yang didapat darinya.

“Saya ingin sekali bertemu untuk menyedekahkan apa yang saya punya.” ungkapnya.

Selepas mimpi itu, sang wanita pengusaha patungan dengan putrinya untuk mulai membangun pesantren. Dengan kocek pribadi sebesar 1,6 Milyar, dia membebaskan lahan seluas 3000 meter persegi di dekat rumah makannya.

Dengan izin Allah Ta’ala, bangunan yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Ustadz Yusuf Mansyur ini kelar dalam masa dua tahun. Ismail terpilih sebagai nama untuk gedung tersebut.

“Jika ditanya habis berapa untuk membangun gedung Ismail ini,” ujarnya sampaikan keterangan, “saya tidak tahu jumlahnya. Pokoknya niat saya sedekah.”

Betapa beruntungnya Ustadz Yusuf Mansur yang menjadi perantara hingga seorang wanita bernama Sugiyatmi pemiliki Rumah Makan Taman Sari ini tergerak untuk beramal sedemikian banyak. Beruntung pula sang anak, Sindu, yang berkolaborasi dengan ibunya hingga terwujud gedung Ismail yang kini dijadikan sebagai pondok penghafal al-Qur’an.

Bukan hanya sebagai donatur, Nyonya Sugiyatmi juga ikut mengurusi pesantren. Dia mendidik santri untuk merapikan peralatan makan dan soal bersih-bersih lainnya.

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]

Sumber: Dialog Jumat Republika, 26 Februari 2016

Artikel sebelumnyaNasihat Sufi: Fokus Menuju Allah Layaknya Penunggang Kuda
Artikel berikutnyaJalan Terjal Sang Mualaf; Dua Kali Cerai, Dipukul dan Diinjak Saat Shalat