Bersyukurlah karena memeluk Islam. Di dalam agama langit ini terdapat banyak teladan dari pendahulunya. Bermula dari generasi nabi dan rasul sebelum Rasulullah Muhamamd Saw, generasi belaiu dan generasi selepasnya; terdiri dari sahabat, tabi’in, pengikut tabi’in dan ulama-ulama yang besar ketakutan dan harapannya kepada Allah Swt.
Hingga akhir dunia ini, generasi-generasi ini akan tetap ada. Karena merekalah obor yang menerangi dunia dari kebodohan nan tak bertepi. Mereka ibarat cahaya yang terangnya akan terus berpendar ke segenap penjuru.
Sebut saja misalnya, Imam Ibnu Taimiyah. Gelar Hujjatul Islam amatlah layak disandangkan kepada penulis Majmu’ Fatawa ini. Guru dari Ibnul Qayyim al-Jauziyah ini menguasai banyak bidang keilmuan. Di zamannya, beliau memiliki banyak ‘musuh’ yang berasal dari kalangan orang bodoh dan rezim yang berkuasa.
Sehingga, dalam perjalanan hidupnya, guru dan muridnya itu pernah diarak dalam satu kendaraan sembari dilempari sampah. Bukan hanya oleh rezim berkuasa, bahkan masyarakat dan anak-anak di zaman itu pun turut diprovokasi untuk melakukan hal bodoh itu.
Di dalam perjalanan hidup beliau, sebagaimana dikutip oleh Dr Abdullah Azzam dalam Tarbiyah Jihadiyah disebutkan salah satu kebiasaan Imam ini. Katanya, “Sebelum dipenjara, aku terbiasa mendatangi beberapa rumah kaum muslimin yang fakir untuk memberikan santunan.” Sungguh, ini bukan sebuah sarana untuk berpamer diri. Ini adalah pelajaran bagi siapa yang mau mengambil hikmah.
“Kemudian, setelah aku dijebloskan ke dalam penjara, kebiasaan itu secara otomatis terhenti.” Demikian lanjutan cerita sang Imam yang beliau tuliskan dalam Majmu’ Fatawa. Anehnya, meski beliau berada di dalam penjara, masyarakat yang terbiasa mendapat santunan itu tetap mendapatkannya dari sosok yang amat mirip dengannya.
Keluarga-keluarga penerima santunan itu berkisah, “Sesungguhnya engkau (Ibnu Taimiyah) datang sendiri kepada kami.” Bukan hanya itu, disebutkan bahwa sosok yang amat mirip dengan Ibnu Taimiyah itu melakukan hal serupa: memberikan bantuan sebagaimana biasa dilakukan olehnya.
Guna memastikan, peristiwa itu pun disampaikan kepada sang Imam. Lantas, dijelaskan oleh beliau dengan mengatakan, “Ketahuilah bahwa saudara-daudara kami dari golongan jin telah menggantikan kedudukan kami.” Beliau melanjutkan seraya memotivasi, “Jika seluruh penduduk bumi tidak bersahabat,” pungkas beliau, “maka jin yang alim dan malaikat akan senantiasa menyertai orang mukmin.” [Pirman]