Ada begitu banyak riwayat yang menjadi bukti kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam kepada seluruh umat manusia. Riwayat ini sekaligus membuktikan bahwa Islam merupakan agama damai, menyelamatkan, dan tidak sedikit pun identik dengan perang, pedang, darah, dan pertaruhan nyawa.
Salah satu riwayat tersebut, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim Rahimahullah. Beliau yang menulis kitab Shahih ini meriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu yang bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam, “Ya Rasulullah, laknatilah orang-orang musyrik itu.”
Mendengar kalimat yang diucapkan oleh salah satu sahabat mulianya itu di depan kaum kafir, musyrik, dan penentang dakwah lainnya, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam tersenyum lembut. “Sungguh,” jawab beliau amat santun nan bertenaga, “aku diutus bukan untuk menjadi tukang laknat. Aku hanya diutus sebagai pembawa rahmat, kasih sayang.”
Pembawa kasih sayang. Itulah Rasulullah yang mulia dan dimuliakan. Beliau adalah dai yang mengajak umat manusia kepada Allah Ta’ala, bukan hakim yang sibuk memvonis manusia ini berada di surga dan manusia lainnya di neraka.
Riwayat ini merupakan salah satu tafsir dari Firman Allah Ta’ala di dalam surat al-Anbiya’ [21] ayat 107.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
Terhadap ayat nan agung ini, mari menyimak keterangan dari dua mufassir agung umat ini. Imam al-Qurthubi mengatakan, “Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dinobatkan sebagai rahmat bagi semesta alam, sebab siapa yang menjadi pengikutnya akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, dan siapa yang mengingkarinya tidak serta merta dibenamkan dan ditenggelamkan sebagaimana dialami orang-orang kafir terdahulu, umat para Nabi sebelum beliau.”
Senada dengan makna tersebut, Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan, “Siapa yang menerima ajaran Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dan mensyukurinya sebagai rahmat, dia akan beruntung di dunia dan akhirat. Sedangkan yang menolak dan ingkar kepada ajarannya, dia telah berpaling dan menjauhkan dirinya dari kasih sayang.”
Riwayat ini terkonfirmasi kevalidannya. Shahih. Alhasil, ini menjadi jawaban telak bagi seorang yang ditokohkan oleh kaum liberal dan sekuler di negeri ini, yang beberapa hari terakhir berujar dalam akun media sosialnya, “Jika LGBT menyerupai kaum Nabi Luth, mengapa Allah tidak menurunkan azab kepada mereka?”
Semoga Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosa dan lemahnya kita dalam mendakwahkan Islam yang mulia ini. Aamiin.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]