Bacalah kisah orang terdahulu, di dalamnya ada mata air yang tak pernah kering, inspirasi tanpa tepi, dan kebaikan yang tak ada batasnya. Terdapat hikmah di dalamnya, bagi siapa yang mau memungut dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Di antara mereka itu, ada sosok yang beribadah selama lima puluh tahun, lalu didatangi oleh malaikat.
Dikisahkan oleh Wahab sebagaimana dikutip Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah dalam ‘Uddatush Shabirin, ada seorang hamba yang beribadah selama lima puluh tahun. Allah Ta’ala pun berfirman kepada ahli ibadah itu, “Aku telah mengampunimu.”
Rupanya, lantaran beribadah selama itu, sang ahli ibadah ini melayangkan protes, “Ya Allah, mengapa kau mengampuniku, sedangkan aku tidak pernah melakukan dosa?”
Setelah layangkan protes itu, Allah Ta’ala membuat kaku urat syarafnya hingga sang ahli ibadah tidak bisa tidur ataupun mendirikan shalat. Hanya semalam, lalu ia disembuhkan sehingga bisa beraktivitas seperti semula.
Saat tidur itulah, sang ahli ibadah didatangi malaikat dalam mimpinya. “Apakah gerangan gangguan urat syarafku? Tanyanya dalam mimpi kepada malaikat.
“Tuhanmu berfirman, bahwa ibadahmu selama lima puluh tahun sama nilainya dengan tenangnya kembali urat syarafmu.”
Sobat, demikianlah faktanya. Allah Ta’ala telah memberikan karunia yang sangat banyak dan mustahil dihitung satu persatu. Dalam setiap mili liter oksigen yang kita gunakan untuk bernafas, dari lahir hingga sekarang ini, ada nikmat amat besar yang tak mungkin dibayar dengan harta, sekaya apa pun kita.
Begitupun dalam tiap aliran darah, gerak organ tubuh, dan seterusnya; ada karunia amat besar yang merupakan wujud Maha Pemurah-Nya Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya.
Namun, kita sering kali kufur nikmat. Seringkali tidak tahu diri, merasa besar, dan enggan melakukan muhasabah terhadap amal yang kita kerjakan. Alhasil, sedikit melakukan amal, tapi kita sudah sibuk menghitung pahala yang didapatkan.
Padahal, jika pun ibadah kita banyak, tak ada satu pun yang kuasa menjamin bahwa amal tersebut diterima oleh-Nya. Apalagi jika amalan sedikit, apa adanya, bahkan lebih sering menjalani hidup dalam sia-sia dan dosa.
Rabbi, ampuni kami atas semua lupa dan salah dalam diri. Aamiin. [Pirman]