Lima Ciri Penghuni Surga dalam Surat Ali ‘Imran

0

Allah Ta’ala berfirman, “Bersegeralah menuju ampunan dari Rabbmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang bertakwa.” (Qs. Ali ‘Imran [3]: 133)

Menafsirkan ayat ini, al-Hafizh Ibnu Katsir mengatakan, “Allah Ta’ala menyebutkan sifat-sifat penghuni surga dalam firman-Nya (ayat selanjutnya).”

Apa sajakah ciri-ciri yang disebut sebagai penghuni surga dalam surat Ali ‘Imran ini?

Infaq

Ialah menafkahkan sebagian harta yang diberikan kepadanya di jalan Allah Ta’ala. Disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam ayat 134 surat Ali ‘Imran ini, “Yaitu orang-orang yang menginfaqkan (hartanya), baik pada waktu lapang maupun sempit.”

Imam Ibnu Katsir menjelaskan, “Yakni berinfaq pada waktu susah dan senang, dalam keadaan rela maupun terpaksa, sehat maupun sakit, dalam seluruh keadaan.”

Menahan Marah

Marah datangnya dari setan. Maka menahannya adalah keutamaan dengan mengharapkan ridha Allah Ta’ala. Bagi siapa yang mampu menahan marah, padahal ia memiliki kuasa untuk melampiaskannya, Allah Ta’ala akan memberikan bonus kepadanya untuk memilih bidadari yang disukainya. Allahu Akbar.

Sedangkan dalam riwayat lain disebutkan bahwa yang paling kuat bukanlah sosok yang senantiasa memenangkan pertandingan fisik (gulat), tetapi siapa yang kuasa menahan marah. Tekniknya, selain dengan berwudhu, adalah mengubah posisi dari berdiri menjadi duduk, duduk menjadi berbaring, dan juga senantiasa memohon kepada Allah Ta’ala agar dikaruniai hati yang lembut, serta marah hanya ketika agama Allah Ta’ala dilecehkan.

Memaafkan Kesalahan

Tak ada manusia yang sempurna. Maka dalam interaksi sehari-hari, seseorang pasti pernah melakukan kesalahan kepada orang lain. Kesalahan inilah yang harus dilihat kadarnya sehingga tepat dalam bertindak.

Imam Ibnu Katsir mengatakan, “Selain menahan marah, mereka juga memberikan maaf kepada orang-orang yang telah menzhaliminya. Sehingga tidak ada niat untuk membalas dendam. Dan, inilah keadaan yang sempurna.”

Berbuat Kebajikan

Alangkah beruntugnya jika kita memilih Islam. Di dalamnya amat banyak kebajikan. Mulai yang paling kecil dan mudah hingga yang paling besar dan rumit. Islam itu mudah dan memudahkan. Pun, dengan kebajikan-kebajikan yang ada di dalamnya.

Bahkan sekadar menyingkirkan duri dari jalan, tersenyum kepada sesama, mendoakan seseorang yang bersin ketika ia memuji nama Allah Ta’ala, mengucapkan salam saat bertemu sesama muslim, dan sebagainya. Dikatakan oleh Imam Ibnu Katsir, “Inilah (berbuat kebajikan) merupakan salah satu tingkatan ihsan.”

Tobat

Di antara tabiat manusia adalah sering melakukan kesalahan. Maka manusia yang paling baik bukanlah yang tak pernah melakukan kesalahan; tetapi ia yang senantiasa bertobat seketika setelah melakukan salah.

Tobatnya, dalam ayat 135 surat Ali ‘Imran ini disebutkan dengan, “Mengingat Allah Ta’ala, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka.”

Dzikir dan istighfar. Itulah dua kiat untuk meminta ampun. Dua amalan inilah yang bisa mencegah manusia dari kebiasaan berbuat buruk. Sebab dzikir yang senantiasa dilantunkan akan menjadi pagar bagi diri seseorang.

Selain itu, jika dosa terkait hak-hak orang lain, maka diwajibkan baginya untuk meminta keikhlasan dengan meminta maaf.

Semoga Allah Ta’ala kuatkan kita untuk mendawamkan amalan-amalan yang merupakan ciri penghuni surga ini. Aamiin. [Pirman]

Artikel sebelumnyaTanda yang Dibawa Malaikat Penolong dalam Perang Badar
Artikel berikutnyaSiapakah Orang Miskin menurut Rasulullah?