Ada satu kisah menakjubkan dalam jihad Afghanistan sebagaimana dikisahkan oleh Dr. Abdullah Azzam dalam Tarbiyah Jihadiyah. Dari kisah ini kita bisa menyimpulkan betapa Allah Ta’ala memuliakan siapa yang berjihad demi memperjuangkan agama-Nya.
Beliau mengisahkan peristiwa yang dialami salah satu komandan mujahidin yang menolak undangan Presiden Ronald Reagan. Padahal, berdasarkan penuturan Duta Besar utusan Pakistan kala itu, ada enam puluh Kepala Negara yang berada dalam daftar antrian untuk meminta bertemu dengan sosok Presiden Amerika Serikat ini.
Kepada utusan pribadi Presiden Ronald Reagan, Hekmatyar bulat menyampaikan penolakan. “Kamu gila,” seru Duta Besar Pakistan dengan nada tinggi. “Enam puluh Kepala Negara antri dalam daftar meminta bertemu dengan Reagan, tetapi engkau menolaknya!”
Dengan santai, Hekmatyar menjawab, “Ya. Memang benar. Saya menolak bertemu dengannya.”
Selepas kegagalan yang dituai utusan pribadinya, Reagan pun mengirimkan utusan yang lebih spesial. Anaknya sendiri. Maka datanglah Maurine Reagan menuju tempat penginapan Hekmatyar di Amerika Serikat. Saat itu, Hekmatyar memang tengah melakukan perjalanan untuk mengunjungi muhajirin Afghanistan di Negeri Paman Sam itu.
Tak berubah sedikit pun, Hekmatyar berkata kepada Maurine Reagan, “Menyesal sekali.” Pungkasnya sambil lalu, “Saya ada janji malam ini.”
“Lalu,” kisah Dr. Abdullah Azzam, “Hekmatyar pergi dan menghabiskan waktunya bersama Muhajirin Afghan di Amerika.”
Inilah di antara kemuliaan mereka yang teguh dalam jihad di jalan-Nya. Mereka tak rela menjual keteguhan, ketegaran, keberanian, dan kegigihannya dengan dunia yang remeh. Pun jika ketemu, pastinya mereka hanya akan menyampaikan ajakan berislam tanpa sedikit pun melakukan kompromi.
Namun, mereka amat menyadari, bahwa pertemuan itu bisa dipelintir sedemikian rupa oleh media-media yang membela penguasa zalim secara membabi buta. Alhasil, pertemuan yang digunakan oleh mujahidin untuk sampaikan dakwah justru menjadi fitnah keji sebab yang disebarkan adalah kebohongan.
Ingatan kami serta merta tertuju kepada rekan-rekan di negeri ini yang baru saja menerima undangan makan di Istana Negara. Meski niatnya sampaikan tuntutan, nyatanya dampak buruknya lebih banyak. Terbukti, di hari yang dijanjikan, Pelayan Negeri ini mengingkari janjinya untuk menemui para rekan muda berjas intelektualitas itu.
Hendaknya, mereka perhatikan kisah Hekmatyar yang melegenda ini. [Pirman]