Bertutur adalah cara yang efektif untuk menyentuh hati dan mengubah perilaku seseorang. Penuturan yang benar dan baik akan mampu menembus hati terdalam seseorang. Karena itu pula, sebagian besar muatan al-Qur’an berupa kisah. Allah Ta’ala hendak menegaskan, kisah yang memiliki hikmah merupakan cara pengajaran yang efektif terhadap jiwa seseorang.
Dengan tetap harus memperhatikan muatan kebenaran, kita dibolehkan untuk mengadopsi berbagai kisah kehidupan. Sebab hikmah milik orang beriman, bisa diambil di mana pun, dari kalangan mana pun. Selama muatannya bagus dan tak menyelisihi kandungan suci al-Qur’an, kisah bisa diambil untuk dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam sebuah kisah sufi yang cukup masyhur, tersebutlah dua orang. Orang pertama memiliki badan tambun, berisi, gemuk. Sedangkan orang kedua kurus, sedikit dagingnya. Alkisah, dua insan tersebut dimasukkan ke dalam jeruji besi. Dipenjara karena sebuah kasus.
Kepada para muridnya, sang sufi melontarkan pertanyaan; di antara dua orang tersebut, mana yang bisa bertahan lebih lama?
Orang-orang yang gemuk dalam kisah ini merupakan perlambang manusia yang hobi mengupayakan dan menumpuk dunia. Banyak hal yang dia inginkan. Harta, tahta, dan wanita; semuanya ditumpuk hanya demi menuruti nafsunya.
Orang gemuk ini berbeda dengan mereka yang memang digemukkan oleh Allah Ta’ala. Mereka gemuk karena nafsunya, tidak pernah berfikir akibat dari kegemukan yang mereka alami.
Di dalam jeruji besi, orang gemuk tersebut lebih sering mengeluh, tidak tahan terhadap ujian dan siksaan para sipir penjara. Ia menyerah. Tak kuat menahan semua keburukan yang ditimpakan. Kebiasaannya menikmati hidup dengan mudah tanpa perjuangan yang berarti amat sukar ditolaknya. Imajinasinya masih meninggi dalam buai kenikmatan yang selama ini dia dapatkan.
Berbeda dengan orang yang kurus. Ia santai menikmati ujian di penjara. Bahkan, makanannya lebih teratur lantaran ada jadwal makan di dalam kerangkeng besi. Saat di alam bebas, dia justru makan sekenanya; tidak jelas waktu dan menunya.
Ia juga tahan banting dan tak mudah mengeluh, sebab sering kali mendapatkan kesukaran dalam hidup sehari-hari.
Dengan tanpa mendiskreditkan saudara-saudara kita yang dikaruniai kegemukan oleh Allah Ta’ala, hendaknya kita mengambil hikmah. Apakah kita bisa benar-benar bertahan hidup jika kelak Allah Ta’ala menguji kita dengan beragam ujian ketidakbaikan dalam hidup?
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]