Dr Aidh Al Qarni memasukkan kisah ini dalam La Taghdhab. Tersebutlah seorang shalih yang memiliki kedudukan terpandang di kabilahnya. Ketika bersama rekan-rekannya di sebuah majelis, datang seorang pria mencacinya. Tak hanya mencaci, pria itu bahkan menamparnya.
Rekan-rekan orang shalih tersebut segera bergerak untuk membalas pria bodoh itu. Namun, orang shalih itu mencegahnya.
“Biarkan dia,” katanya dengan penuh wibawa, “Demi Allah jangan ada yang menyakitinya karena aku telah memaafkannya dan semoga Allah memaafkannya. Dia pasti akan kena getah akibat perbuatannya sendiri.”
Beberapa waktu setelah itu, terjadi keramaian di pasar. Rupanya pria bodoh tersebut terlibat pertengkaran dengan penduduk pedalaman. Sama-sama marah, penduduk pedalaman yang membawa besi itu memukulkan besinya ke hidung pria bodoh tersebut hingga darah mengucur dari wajahnya.
“Ini pasti akibat doa orang shalih tersebut,” kata sebagian orang yang menyaksikan peristiwa itu.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah senantiasa bersama orang-orang yang sabar” (QS. Al Baqarah: 153)
“Suatu keniscayaan bagi manusia yang lemah dan terbatas untuk selalu menghubungkan dirinya dengan kekuatan besar,” kata Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an saat menjelaskan ayat ini.
“Allah bersama orang-orang yang sabar, menguatkan, memantapkan, meneguhkan, mengawasi dan menghibur mereka..”
Orang yang bersabar atas cacian dan celaan orang lain, tidak terprovokasi dan membalasnya dengan perbuatan serupa, justru hanya menanggapinya dengan senyuman, sesungguhnya ia telah menang secara ruhiyah dan jiwa. Ia tidak tersulut kemarahan, emosinya tidak terkuras dan ia selamat dari tindakan-tindakan bodoh.
Persis seperti hakikat yang ditangkap oleh Dr Aidh Al Qarni; “Cobalah untuk tersenyum saat orang dungu lagi pengecut mencaci Anda. Semakin Anda tersenyum, Anda seakan menyerangnya dengan parang. Bisa saja ia mati sementara Anda tak terkena dampak bahaya sekecil apapun.”
Jangan dikira orang-orang yang sabar itu kalah. Tidak. Secara ruhiyah dan jiwa ia sudah menang. Sedangkan secara materi dan fisik, tinggal menunggu waktu pertolongan Allah datang. Sebab kesabarannya adalah senjata. Dengan kesabaran saja ia sudah meminta pertolongan Allah. Apalagi jika ia melengkapinya dengan doa. Semakin dekat dan mustajab.
Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Kisahikmah.com]