Cukupkah kematian sebagai nasihat atas kelalaian kita sebagai seorang hamba? Cukupkah kematian sebagai kejadian yang menyentak nurani lantas menyadarkan kita dari berbagai perbuatan sia-sia, dosa, dan kemaksiatan yang kita lakukan?
Tidak cukupkah?
Padahal Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam pernah mengingatkan bahwa kematian cukuplah menjadi nasihat bagi setiap kita. Sebab saat menyaksikan dan mengurusi kematian seorang hamba, seharusnya kita memahami bahwa sehat, bugar, harta, kekayaan, dan apa pun yang dimiliki di dunia ini tidak akan pernah mampu digunakan untuk menunda datangnya maut. Semua tak berdaya di hadapan kematian.
Peristiwa ini terjadi di Mesir, sekitar 30 tahun yang lalu. Ada stasiun yang menghubungkan kota Kairo dengan sebuah daerah pedesaan. Kereta yang melintas tidak berhenti di Stasiun Giza.
Hari itu, ada truk pembawa barang dagangan yang melintas di perlintasan rel kereta api. Truk itu berhenti (mogok) tepat di atas perlintasan kereta api. Menyilang dengan rel. Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu langsung berteriak menyuruh sopir truk agar segera keluar.
Sebagian mereka langsung berlari. Mendatangi si sopir dan memaksanya untuk keluar. Si sopir terpaku dan mencoba menghidupkan mesin truk. Harapannya, truknya hanya rusak kecil dan bisa segera dijalankan.
Ternyata nihil. Mesin truk tetap mati. Sopir berhasil dipaksa keluar oleh orang-orang di sekitar kejadian.
Tak berselang lama, lewatlah kereta api. Sang sopir hanya menangis pilu melihat truk dan dagangannya dihajar kereta. Dalam tangisnya yang tak kian mereda, ada kejadian yang membuat seluruh orang di daerah itu terhenyak. Berdecak tak percaya.
“Ketika larut dalam tangis,” tulis Dr ‘Umar ‘Abdul Kafi dalam bukunya al-Wa’dul Haq, “bak mobil truk dan semua muatannya hancur dan terpental, lalu menimpa kepala sopir yang tengah menangis. Ia pun tersungkur. Mati.”
Innalillahi wa inna ilahi raji’un.
Sungguh, kisah ini seharusnya menyadarkan kita. Kisah ini seharusnya membuat kita semakin paham bahwa kematian itu sangat dekat. Ia bahkan lebih dekat dari apa pun di dunia ini. Ia jauh lebih dekat dari rencana yang kita buat, meski untuk sedetik yang akan datang.
Persoalannya, meski mati amat pasti dan dekat, banyak di antara kita yang tidak bersiap diri menyambutnya.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]
Rujukan: Bagi yang berminat membeli buku al-Wa’dul Haq segera hubungi 085691479667 (SMS/WA/LINE/Telegram)