Ada satu kiat sukses yang jarang disadari oleh pemburu keberhasilan. Padahal, kiat ini menjadi yang paling utama di antara kiat-kiat lainnya. Kiat ini sudah terbukti, dari zaman dahulu hingga kini. Siapa yang menjalankannya, jaminannya berhasil. Sedangkan yang enggan dan acuh, kegagalan adalah hadiah yang pasti didapatinya.
Dalam dua kisah berikut, kiat sukses ini harus dilakukan setiap hari, dengan sungguh-sungguh.
Ary Ginanjar Agustian
Pendiri ESQ (Emotional Spiritual Quotient) Leadership Center ini bukan sosok asing bagi kaum Muslimin di dalam dan luar negeri. Di puncak prestasinya, lembaga ini mencatat rekor 100 kali pelatihan setiap bulan atau 25 kali pelatihan dalam satu pekan dengan ratusan ribu hingga jutaan peserta.
“Anda,” tutur Ary Ginanjar Agustian membeberkan kiat sukses yang senantiasa dikerjakannya, “dianjurkan untuk membaca berbagai macam buku. Namun,” ungkapnya sampaikan rahasia, “saya sarankan agar Anda tetap membaca al-Qur’an sebagai penyeimbang agar Anda tetap memiliki pegangan yang kuat dan tidak terjerumus pada pemikiran-pemikiran yang keliru.”
Ia mengaku, al-Qur’an merupakan muara dari seluruh kiat sukses. Semua ajaran yang termaktub di dalamnya adalah kebenaran yang tiada sedikit pun terkandung keraguan di dalamnya.
Marwah Daud Ibrahim
Kita lebih mengenal Muslimah ini sebagai sosok politikus dari salah satu partai besar negeri ini. Di balik keberhasilannya ada rahasia yang jarang diketahui oleh banyak orang, pun para penggemar dan konstituennya.
Sosok yang menimba ilmu di Negeri Paman Sam sejak belia ini mengisahkan kiat sukses yang senantiasa diamalkan setiap hari.
“Anak saya,” ujar Bu Marwah menirukan nasihat orang tuanya, “mau ke bulan saja saya izinkan. Bukankah bumi dan bulan, semuanya dalam kekuasaan Allah Ta’ala? Yang bisa menjaganya adalah Allah Ta’ala, lalu usahanya sendiri.”
“Syaratnya,” tutur Bu Marwah sebagaimana dikutip Udo Yamin Efendi Majdi dalam Quranic Quotient, “asal setiap hari shalat dan membaca al-Qur’an.”
Dalam sebuah hadits shahih juga diriwayatkan, al-Qur’an merupakan sumber kebangkitan jika dibaca, dihafal, difahami, diamalkan dan didakwahkan. Sebaliknya, jika al-Qur’an mulai ditinggalkan, maka kehancuran menjadi kepastian, bagi seorang individu atau komunitas masyarakat, pun sebuah bangsa dan peradaban.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]