Dari sedikit kaum Muslimin yang mendirikan shalat, sebagian besarnya belum bisa menggapai nikmatnya rasa khusyuk. Termasuk saya. Mungkin juga pembaca sekalian. Padahal, khusyuk merupakan impian dan sudah sering diteladankan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dan para sahabatnya.
Selain melihat kehidupan para pendahulu terbaik umat ini, ada kiat agar khusyuk saat shalat yang perlu kita coba. Kiat ini terdiri dari menyadari empat hal sebagaimana dinasihatkan oleh Kiyai Haji Muhammad Arifin Ilham.
Bertanyalah pada masing-masing kita, “Sadarkah bawa saat mendirikan shalat kita sedang berhadapan dengan Pencipta diri kita dan alam semesta ini?”
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar. Dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (Qs. al-An’am [6]: 79)
Dengan menyadari bahwa kita sedang berhadapan langsung dengan Allah Ta’ala, perasaan menunduk dan takut akan mudah hadir di dalam hati. Insya Allah.
Selanjutnya, sampaikan tanya kepada nurani kita, “Sadarkah bahwa Allah Ta’ala Maha menatap hati, pikiran, dan seluruh gerakan kita saat tengah mendirikan shalat?”
“Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat) dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (Qs. asy-Syu’ara’ [26]: 218-219)
Sadarkah bahwa Allah Ta’ala Maha menatap kita saat tengah shalat dalam berdiri, rukuk, i’tidal, sujud dan seluruh gerakan serta kehendak hati?
Bertanya pula kepada hati Anda, “Sadarkah bahwa Anda tengah berdialog dengan Allah Ta’ala saat sedang mendirikan shalat?”
Karena sedang berdialog itu, hendaknya Anda berada dalam kesadaran penuh, tidak dalam keadaan mabuk ataupun lalai. Sebab shalat ketika mabuk dilarang oleh Allah Ta’ala.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan.” (Qs. an-Nisa [4]: 43)
Pahamilah semua bacaan yang meluncur dari lisan karena semuanya langsung ditujukan kepada Allah Ta’ala. Kita sedang bercakap-cakap dengan-Nya.
Tutup pertanyaan itu dengan kalimat, “Sadarkah bahwa saat shalat, kita sedang bermunajat kepada Zat yang Maha mematikan dan Maha menghidupkan seluruh makhluk?”
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali? Kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (Qs. al-Baqarah [2]: 28)
Semoga Allah Ta’ala memilih kita untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang khusyuk dalam shalat. Aamiin.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]
Rujukan: Mutiara Hikmah Facebook 1, KH Muhammad Arifin Ilham.