Sebagai seorang Muslim, kita harus membiasakan berakhlak dengan teladan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Ialah perangai mulia yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat secara umum dan merupakan bekal bahagia di akhirat yang abadi.
Salah satu sifat mulia yang diajarkan dan amat dianjurkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam ini adalah sifat jujur. Bukan hanya berguna di dunia lantaran membawa banyak manfaat, jujur juga bisa menjadi sarana yang mengantarkan seorang Muslim menuju surga.
Bukan main-main, hal ini sebagaimana digaransi oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dalam riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Muslim Rahimahumallahu Ta’ala.
“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, sedangkan kebaikan mengantarkan ke surga. Sesungguhnya orang yang berlaku jujur akan dicatat oleh Allah Ta’ala sebagai orang jujur. Dan sesungguhnya, dusta membawa kepada kedurhakaan. Seseorang yang berdusta akan ditulis di sisi Allah Ta’ala sebagai pendusta.”
Inilah sifat mulia yang jarang dimiliki oleh generasi akhir zaman ini. Banyak kaum Muslimin yang kehilangan sifat mulia ini, padahal ianya merupakan salah satu sifat utama yang ada di dalam diri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.
Lantaran jujur, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dipercaya oleh masyarakat Quraisy, meski dakwahnya ditolak. Banyak musuh-musuh dakwah yang merasa nyaman hingga menitipkan barang-barangnya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.
Teladan kejujuran ini juga diamalkan dengan sangat baik oleh generasi sahabat terdekat beliau. Banyak teladan kejujuran yang mereka peragakan hingga tak sedikit orang di luar Islam yang tertarik kemudian memilih memeluk agama yang paling mulia di sisi Allah Ta’ala ini.
Namun kini, sifat ini seperti hilang ditelan bumi. Banyak bertebaran slogan berbunyi ‘berani jujur itu hebat’ atau ungkapan lain yang menandakan makin tergerusnya akhlak mulia yang merupakan salah satu sifat Nabi ini.
Kejujuran, memang sangat menenteramkan. Kejujuran merupakan pangkal kebaikan. Kebalikannya, dusta adalah pangkal keburukan. Tidaklah seseorang berdusta sekali, kecuali akan lahir kedustaan-kedustaan berikutnya hingga seseorang tercatat di sisi Allah Ta’ala sebagai seorang pendusta.
Mudah-mudahan kita diberi kekuatan untuk mewarisi kejujuran Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. aamiin.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]