Kiyai Haji Muhaimin Iqbal menyebutkan dalam buku Ayo Berdagang! (Republika, 2011), jualan merupakan skills bawaan kita dari lahir. Kita sudah mulai melakukan sales speak sejak bayi dengan menangis saat kehausan, lalu ibu memberikan air susu untuk kita minum. Keterampilan ini terus berlanjut sampai usia anak-anak hingga ‘modus’ jualan kita menghasilkan tas baru, sepatu baru, baju baru, dan lain sebagainya.
Bahkan, masih merujuk dari penjelasan pendiri sekaligus owner Gerai Dinar ini, keterampilan jualan terus kita gunakan sampai dewasa, seperti mengambil hati calon mertua dan lain sebagainya.
Apakah teman-teman baru sadar bahwa kita semua memiliki skills berjualan sejak masih balita? Ataukah tetap mengatakan ‘modus’ kepada teman-teman yang mulai tergerak berjualan di banyak kanal yang mereka gunakan untuk mempromosikan dagangannya?
Saya baru sadar setelah membaca tulisan Kiyai Haji Muhaimin Iqbal dalam buku ini. Saya baru memahami bahwa jualan, ternyata, merupakan skills yang Allah Ta’ala berikan kepada semua kita.
***
Rendy Saputra yang kini menggawangi Inspira Pictures sebagai produser dan pengajar utama di Sekolah Bisnis Dua Kodi Kartika dan CEO Keke Busana, berulang kali menyebutkan bahwa kita harus mengasah kemampuan menjual produk. Kemampuan ini ditempatkan di awal sejak kita memulai langkah bisnis, starting.
Jangan sampai kita tidak bisa menjual produk apa pun. Sebab bisnis, menurut penulis buku Dua Kodi Kartika ini, merupakan keahlian yang bisa dilatih. Ia melanjutkan, latih otot-otot jualan, jual apa saja asal halal dan menghasilkan uang. Jika perlu, butakan mata dan tulikan telinga dari semua komentar yang menjatuhkan. Sebab saat kita mulai berjualan akan banyak gangguan, dari dalam maupun luar diri.
Ia mengalami kejadian ‘komentar buruk’ ini ketika membuka agen Keke Busana di Balikpapan. Ia yang terjun langsung menjajakan baju-baju Keke Busana-secara tidak sengaja-bertemu dengan teman sekolahnya.
“Kamu sekarang jualan baju?” tanya si teman.
“Iya, Bro.” jawab Rendy.
“Yang sabar ya Rend.” ujar si teman, lalu pergi.
Bukankah komentar ini biasa kita dapati? Si teman, dalam kisah di atas, tidak menyadari posisi Rendy sebagai CEO. Ia dengan tanpa merasa bersalah mengatakan agar Rendy bersabar dengan intonasi merendahkan. Seakan-akan, jualan itu negatif. Seakan-akan, jualan itu tanda bahwa seseorang tengah menjalani hidup yang susah dan berat.
Padahal, dengan berjualan, seseorang akan mudah menggapai kesejahteraan dalam hidup. Jualan menjadi pintu rezeki yang paling banyak direkomendasikan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dan diamalkan oleh banyak sahabat yang mulia.
***
Dari dua uraian singkat ini, kita bisa mengambil sedikit kesimpulan. Kemampuan jualan yang tidak diasah menjadi sebab terpuruknya seorang individu atau sebuah Negara. Sebaliknya, individu sukses dan Negara yang makmur ditandai dengan gemar dan semangatnya dalam berjualan.
Saya sudah jualan. Teman-teman jualan apa?
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]
*Setelah mengikuti Sekolah Bisnis Dua Kodi Kartika, saya senantiasa bersemangat untuk berjualan. Banyak ilmu baru dan sudut pandang yang mencerahkan tentang jualan. Teman-teman bisa gabung kelasnya dengan mendaftar di SINI. Tersedia diskon 45%. Selama 2 tahun dengan 99 video kiat bisnis.