Waspadailah Kejujuran yang Buruk

0
ilustrasi @www.hrmasia.com

“(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Mahaluas ampunan-Nya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa.” (Qs. an-Najm [53]: 32)

Imam al-Ghazali menyampaikan nasihat kepada mereka yang gemar memuji dirinya sendiri, kepada mereka yang menganggap dirinya suci dan orang lain rendah, “Ketahuilah, memuji diri sendiri dapat merusak kehormatanmu di mata orang lain dan mengundang siksa di sisi Allah Ta’ala.”

Kepada seorang bijak disampaikan sebuah pertanyaan, “Adakah kejujuran yang buruk?”

“Ada.” Jawab si bijak.

Si bijak melanjutkan, “Ialah seseorang yang memuji dirinya sendiri.”

Untuk mengetahui bahwa memuji diri sendiri merupakan ketidakbaikan, cobalah saksikan dan perhatikan ketika ada orang lain yang memuji dan membanggakan dirinya di hadapan Anda. Perhatikan tatkala ia mengisahkan prestasinya, keluarganya, hartanya, bisnisnya, dan semua tentang keberhasilannya dengan nada membanggakan.

“Sudah tentu,” kata Imam al-Ghazali, “hatimu tidak merasa simpati kepada mereka dan sifat dasarmu (fitrahmu) akan menolaknya.”

Memuji diri sendiri akan berakibat merasa suci. Ketika merasa suci, maka keburukan di dalam diri tidak akan pernah bisa dirasakan. Perasaan besar telah menghalangi seseorang dari melihat kekurangannya.

Ketika sudah merasa suci itulah, maka seseorang akan berhenti berproses. Ia benar-benar akan berhenti belajar dan bertumbuh karena merasa sudah baik.

Padahal, puncak kebinasaan justru didapatkan tatkala seorang hamba merasa benar, baik, dan suci. Sebaliknya, siapa yang senantiasa merasa tidak baik dengan kadar yang positif, maka dia akan berupaya sungguh-sungguh untuk belajar, berproses, dan memperbaiki diri tanpa henti.

Dan puncak keberhasilan seorang hamba didapatkan manakala ia sudah merasa sangat hina di hadapan Allah Ta’ala. Itulah tawadhu’. Itulah sifat yang menjadi sebab diangkatnya derajat seseorang oleh Allah Ta’ala setinggi-tingginya.

Sedangkan bagi mereka yang merasa suci dan memuji dirinya sendiri, ada akibat yang mengintai, “Mereka akan mengecammu diam-diam. Pada gilirannya, mereka akan mengungkapkan perasaan itu secara terang-terangan kepada pihak lain. Saat engkau (yang membanggakan diri dan merasa suci) berpisah dengan mereka.” pungkas Imam al-Ghazali.

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]

*Pesan buku Bidayatul Hidayah di 085691479667

Artikel sebelumnyaImam al-Ghazali: Jangan Pernah Menjilat pada Setan!
Artikel berikutnyaMengapa Abu Bakar ash-Shiddiq Menyumbat Mulutnya dengan Kerikil?