Ternyata, Bu Saeni bukan orang miskin
Ternyata, Bu Saeni memiliki tiga atau empat warteg, sebagaimana diwartakan banyak kawan
Ternyata, anak-anak Bu Saeni bisa menempuh pendidikan tinggi
Ternyata, suami Bu Saeni bukan laki-laki miskin
Ternyata, suami Bu Saeni merupakan bos permainan haram, penyebab dosa
Ternyata, kasus yang melibatkan Bu Saeni, merupakan setingan
Ternyata, setingan ini menjadi penutup isu dihapuskannya ribuan perda bernuansa syariat Islam
Ternyata, gara-gara Bu Saeni, satpol PP dan pejabat pemerintahan lainnya harus menanggung akibat
Ternyata oh ternyata…
Gara-gara ribut mengikuti kasus Bu Saeni yang masif diberitakan oleh media televisi dan koran milik oknum itu, banyak ‘ternyata’ yang kemudian lahir. Baik yang merupakan fakta betulan, atau menjadi dampak setingan yang kemudian menyebar dengan massif hingga merenggut kemerdekaan kita sebagai manusia, dan seorang Muslim.
Ternyata, gara-gara sibuk mengulik info seputar Bu Saeni kemudian menyebarkannya, banyak di antara kita yang turut alami ‘ternyata’ serupa;
Ternyata, kasus Bu Saeni benar-benar dihebohkan hingga mengalihkan kaum Muslimin dari Ramadhan yang mulia
Tak peduli bulan suci, banyak di antara kita yang membagikan terkait Bu saeni secara massif hingga lupa melakukan pengecekan
Alhasil, semua info disebarkan; pun yang samar hingga fitnah sebab tak jelas muasalnya
Ternyata, Ramadhan sudah berlalu empat belas hari, dan sebagian kita masih sibuk dengan urusan Bu Saeni
Ternyata, dari 330-an jam Ramadhan yang sudah kita lalui, kita luput menghitung mana yang lebih banyak; amal shalih atau kesia-siaan di sana-sini?
Ternyata, dari 20160-an menit yang kita jalani sepanjang empat belas hari Ramadhan ini, kita benar-benar lupa batas tilawah
Sampai-sampai, ada di antara kita yang bahkan baru membaca Kalam Allah Ta’ala sebanyak beberapa lembar, itu pun tanpa pemaknaan yang berarti
Ternyata, banyak di antara kita yang lalai, padahal Ramadhan adalah bulan diturunkannya al-Qur’an yang mulia
Ternyata, banyak di antara kita yang sampai lupa hingga tidak mendatangi Maghrib dan Isya serta shalat fardhu lainnya di masjid
Dan ‘ternyata-ternyata’ itu semakin menumpuk-melimpah saat disandingkan dengan gelaran Piala Eropa dan Copa Amerika
Kita menjadi tidak tahu diri
Kita menjadi besar kepala
Kita benar-benar menyia-nyiakan Ramadhan,
Padahal generasi shalihin terdahulu berharap agar Ramadhan ada di sepanjang waktu selama satu tahun
Ternyata, saat membaca tulisan ini, banyak di antara kita yang benar-benar lupa batas tilawah dan kapan terakhir shalat Tarawih sampai selesai di masjid bersama imam.
Astagjfirullah…
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]