Inilah satu di antara surat-surat yang agung dalam al-Qur’an yang mulia. Surat yang termasuk dalam jajaran surat Madaniyah ini digolongkan dalam surat-surat panjang bersama al-An’am, al-A’raf, dan sebagainya. Saking beratnya surat ini, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, pangkal kaki unta pun berdetak karenanya.
Ialah surat al-Maidah yang terdiri dari seratus dua puluh ayat. Di dalamnya terdapat pengajaran penting tentang halal-haram, banyak bab terkait muamalah (tolong menolong, dan lain sebagainya), hujjah-hujjah yang ditunjukkan bagi Bani Israil, kisah Nabi Musa ‘alaihis salam, Qabil dan Habil, dan banyak bahasan lainnya.
Dituturkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal sebagaimana dituturkan Imam Ibnu Katsir, surat ini diturunkan saat Nabi bersama salah satu sahabatnya. Asma’ binti Yazid bertutur, “Saat aku tengah memegang tali kekang unta Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam, tiba-tiba turunlah surat al-Ma’idah secara keseluruhan. Karena beratnya surat ini, pangkal kaki depan unta itu pun berdetak.”
Riwayat lain terkait surat ini diriwayatkan oleh Imam al-Hakim yang mengutip riwayat dari Muhammad bin Ya’qub yang meriwayatkan dari Jubair bin Nufair. Jubair bin Nufair pergi berhaji. Dalam menjalankan ibadah mulia itu, ia menyempatkan diri berkunjung ke rumah Ummul Mukminin ‘Aisyah binti Abu Bakar ash-Shiddiq.
Kepada Jubair, ‘Aisyah bertanya, “Hai Jubair, apakah kamu sudah membaca surat al-Maidah?”
“Sudah.” Jawab Jubair singkat.
“Sesungguhnya,” terang Bunda ‘Aisyah, “ia adalah surat yang terakhir kali turun.” Nasihatnya terkait surat ini, “Apa saja yang kalian temukan dari yang halal, maka halalkanlah. Dan, apa saja yang kalian temukan dari yang haram, maka haramkanlah.”
Setelah menyampaikan riwayat ini, Imam al-Hakim mengatakan, “Riwayat ini shahih sesuai syarat Imam al-Bukhari dan Muslim, tetapi keduanya tidak memasukkan riwayat ini dalam kitabnya.”
Nama al-Maidah sendiri dinisbatkan kepada ayat 114 surat ini. Ialah doa Nabi ‘Isa ‘alaihis salam yang meminta hidangan kepada Allah Ta’ala untuk kaumnya. Nabi ‘Isa ‘alaihis salam berdoa, “Ya Rabb kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau. Berikanlah rezeki kepada kami, dan Engkaulah Pemberi Rezeki yang paling utama.” [Pirman]