Ada keagungan bonus pahala yang Allah Ta’ala siapkan bagi hamba-hamba-Nya yang senantiasa mendirikan shalat berjamaah di masjid bersama imam. Inilah amalan unggulan yang setiap langkahnya menjadi sebab dihapusnya dosa, dan langkah lainnya menjadi sebab ditinggikan derajatnya di sisi Allah Ta’ala. Kepada mereka, Allah Ta’ala siapkan surga di pagi dan sore, setiap pulang dan pergi dari dan menuju masjid.
Sayangnya, banyak kaum Muslimin yang bermalas diri. Selain ketidaktahuan, kemalasan bersumber dari kesalahan pendidikan para guru, dai, ustadz, atau kiyai yang menjelaskan bahwa shalat berjamaah di masjid bersama imam hukumnya ‘hanya’ sunnah; andai dikerjakan mendapat pahala, jika ditinggalkan pun tidak berdosa.
Pemahaman ini semakin menguat dalam nurani kaum Muslimin sebab tiadanya contoh yang nyata di akhir zaman ini. Masyarakat tidak lagi antusias mendatangi masjid. Santai. Berleha-leha. Meski ada yang berdalih sibuk ketika tak datang, fakta yang malas pun tak bisa dipungkiri sehingga mencari-cari alasan sebagai pembenaran.
Adalah Ibnu Khafif yang dikisahkan oleh Ustadz Zulfi Akmal. Kakinya sakit. Lumpuh. Tak bisa mendatangi masjid. Ia pun meminta kepada sahabat dan kerabatnya untuk dibopong ke masjid setiap waktu shalat berjamaah tiba.
Kepada Ibnu Khafif, beberapa orang menyampaikan saran, “Tidak usah menyusahkan dirimu untuk ke masjid. Allah Ta’ala juga memberikan keringanan bagi yang memiliki udzur syar’i.”
Sungguh, perkataan sahabat ini tidak keliru. Dia menyampaikan kebenaran. Ada rukhshah bagi yang sakit. Bahkan ketika ada angin kencang dan hujan yang deras, shalat berjamaah bisa dilakukan di rumah atau dijamak.
Namun, Ibnu Khafif bukanlah kita yang malas. Beliau bukan kita yang pandai membuat alasan. Sosok alim ini bukan kita yang berdalih sunnah, lalu santai sambil menghabiskan waktu dengan obrolan sia-sia atau keretek yang asyik diapit di tangan.
“Kalau kalian mendengar panggilan ‘Hayya ‘alash shalah’ dan tidak menjumpaiku di masjid (untuk shalat berjamaah),” demikian jawaban yang disampaikan oleh Ibnu Khafif, “maka carilah aku di kuburan!”
Beliau, sebenarnya tengah menampar muka kita. Beliau, sejatinya tengah mempermalukan diri kita. Beliau yang sakit dan memiliki udzur syar’i ini seakan berkata, “Tidaklah seseorang bermalas-malasan mendatangi shalat berjamaah, kecuali ia telah meringkuk dalam siksa di kuburnya.”
Ya Allah, kuatkan kami untuk senantiasa melangkahkan kaki menuju masjid setiap berkumandangnya adzan. Aamiin.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]