Jika Berada dalam Kondisi Ini, Rasulullah Samakan Kita dengan Posisi Malaikat

0
sumber gambar: www.pkskelapadua.com

Abu Bakar ash-Shiddiq terbelalak mendengar ucapan salah satu sahabat terbaik Nabi ini. Hanzhalah. Ketika ditanya kabarnya oleh ayah ‘Aisyah ini, ia berkata kencang, “Hanzhalah telah munafik!”

“Mengapa engkau berkata demikian, wahai Hanzhalah?” tanya laki-laki surgawi bernama asli Abdullah bin Abi Quhafa’ ini. Hanzhalah pun menuturkan, “Bagaimana saya tidak menjadi munafik?! Ketika bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan beliau mengisahkan tentang surga dan neraka, saya seperti melihat dan berada di dalamnya. Namun, saat kembali, ketika pulang dan bertemu dengan anak-anak, istri, serta keluarga, saya lupa dengan apa yang disampaikan oleh Baginda Nabi.”

Mendengar penuturan Hanzhalah, Abu Bakar ash-Shiddiq semakin tercengang. Sebab, kondisi seperti itu pula yang dialaminya. Ayah dari sahabiyah agung bernama Asma’ ini pun mengajak Hanzhalah menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mengadukan persoalan yang mereka alami.

Kita tahu bagaimana kualitas iman dan taqwa pada diri sahabat Hanzhalah dan Abu Bakar ash-Shiddiq. Keimanan Abu Bakar saja, jika ditimbang dengan keimanan manusia-manusia selain dirinya dan Rasulullah, iman Abu Bakar jauh lebih baik. Belum lagi keimanan Hanzahalah.

Akan tetapi, mereka masih merasa munafik saat melupakan ajaran–ajaran nabi yang mulia. Padahal, mereka hanya sedikit lupa, itu pun dalam kondisi bersama keluarga, dimana kebersamaan dengan keluarga menjadi salah satu amalan utama dalam Islam yang mulia. Lantas, bagaimana dengan sebagian di antara kita yang benar-benar tidak ingat dengan surga dan neraka serta bergelimang dalam dosa dan maksiat?

“Demi jiwaku yang berada di dalam genggaman-Nya,” jawab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim Rahimahullah ini, “jika kamu menepati keadaan yang kamu biasanya berada di sisiku dan tatkala berdzikir, niscaya kamu akan disamakan dengan malaikat di tempat-tempat duduk kamu dan di jalan-jalan kamu.”

“Akan tetapi, wahai Hanzhalah,” pungkas baginda Nabi, “sesaat begini (akhirat) dan sesaat begitu (dunia).” Baginda Nabi mengulang kalimat ini sebanyak tiga kali.

Inilah kondisi kebanyakan kita. Kita lemah. Tiada daya. Bahkan ingat kepada akhirat pun karunia dari Allah Ta’ala. Sebab lemah itu, senantiasalah berdoa, semoga Allah Ta’ala menguatkan kita dalam iman. Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita generasi yang senantiasa ingat dengan akhirat dan beramal untuk kehidupan abadi di dalamnya. Aamiin.

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaMalas Shalat Dhuha? Jadikan 5 Hal Ini sebagai Sumber Semangat (Bagian 2)
Artikel berikutnyaMujahid yang Pertama Masuk Neraka