Kita harus bersyukur atas nikmat Islam dan iman yang diberikan oleh Allah Ta’ala. Islam sebagai agama yang diridhai Allah Ta’ala mengatur seluruh persoalan. Islam merupakan agama yang sempurna dan menyempurnakan telah menetapkan seluruh hukum dengan sangat jelas.
Bahkan hal remeh terkait carmuk (mencari muka), Islam sudah menetapkan hukumnya. Berikut ini penjelasan ulama terkait haram dan terlarangnya bersikap mencari muka.
Mencari muka atau mudaahanah diambil dari kata ad-dihaan yang berarti sesuatu yang terlihat luarnya, tapi bagian dalamnya ditutupi. Secara bahasa, mudaahanah diartikan dengan bergaul bersama orang fasiq sembari menunjukkan perasaan ridha (rela) atas kefasiqannya tanpa sedikit pun menyalahkan atau niat memperbaiki. Dalam pengertian yang dijelaskan oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani ini, mudaahanah atau mencari digolongkan ke dalam perkara haram dan sangat terlarang.
Selain penjelasan Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, ulama lain yang menjelaskan hukum mencari muka adalah murid terbaik Imam Ibnu Taimiyah. Ialah Imam Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah yang menjelaskan dalam kitab ar-Ruh, “Mudaahanah adalah bersikap lembut kepada orang lain agar orang itu tetap bebruat salah, juga membiarkan orang itu menuruti hawa nafsunya.”
Sebagai kebalikan dari sikap mencari muka adalah sikap mudah bergaul atau mudaaraah. Jika mencari muka dihukumi haram dan terlarang, mudaaraah termasuk sikap terpuji dan termasuk perangai yang utama.
Mudaaraah didefinisikan dengan rendah hati terhadap orang lain, mengasihi orang bodoh ketika mengajarinya, mengasihi orang fasiq ketika melarangnya berbuat fasiq; tidak bersikap kasar terhadap si fasiq ketika dia tidak menampakkan kefasiqannya, dan menyalahkannya dengan ucapan dan tindakan yang halus, apalagi jika itu diperlukan untuk menjinakkan jiwanya. Dalam penjelasan Imam Ibnu Hajar al-Asqalani ini disebutkan, “Mudaaraah termasuk akhlak orang mukmin dan sangat dianjurkan.”
Hendaknya kita membedakan dua hal ini dengan baik dan tidak salah bersikap. Bahwa perbuatan fasiq harus kita larang, minimal kita benci dengan hati; bukan berpura-pura baik atau mendukung lalu benar-benar terjerumus ke dalam perilaku fasiq tersebut.
Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita orang-orang yang pandai bergaul dengan berbaur dan terus berdakwah tanpa terpengaruh. Semoga Allah Ta’ala menjauhkan kita dari pribadi yang mencari muka, bermanis di hadapan kekafiran, lalu diam-diam menjadi benar-benar kafir.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]