Dalam salah satu ceramahnya, Habib Ali Zainal Abidin al-Hamid menuturkan tentang salah satu kelebihan Sayyidina ‘Umar bin Khaththab. Sosok tegas yang ditakuti oleh setan dan dijuluki al-Faruq ini disebutkan bisa melihat/mengetahui mimpi yang dialami oleh Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib. Berikut kisah selengkapnya.
Dalam perkumpulan sahabat-sahabat Nabi hari itu, Sayyidina ‘Umar bin Khaththab yang pernah menginfaqkan separuh hartanya di jalan Allah Ta’ala ini membagikan kurma. Merata. Masing-masing sahabat mendapatkan satu butir kurma.
Tak lama kemudian, datanglah Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib. Kepada sahabat sekaligus menantu Nabi ini, Sayyidina ‘Umar menyodorkan satu butir kurma. Sama dengan jatah yang diberikan kepada sahabat lainnya.
Lepas diterima dengan baik, Sayyidina ‘Ali bin Thalib berkata, “Wahai Amirul Mukminin,” serunya kepada Sayyidina ‘Umar, “tambahkanlah kurma kepadaku.”
Sayyidina ‘Umar pun menolehkan badan kepada Sayyidina ‘Ali. Katanya sembari menatap teduh, “Jika di dalam mimpimu tadi malam Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan kurma kepadamu lebih dari satu, pastilah aku berikan yang serupa itu.”
Sayyidina ‘Ali pun terperanjak. Kaget. Betapa yang dikatakan oleh Sayyidina ‘Umar ini bertepatan dengan mimpinya tadi malam. “Apakah masih ada wahyu setelah wafatnya Rasulullah, wahai Pemimpin Kaum Mukiminin?”
“Berhati-hatilah dengan firasat orang-orang beriman,” jawab Sayyidina ‘Umar. “Sesungguhnya orang-orang beriman melihat dengan cahaya Allah Ta’ala.”
Subhanallahi walhamdulillahi wa laa ilaha illallahu wallahu akbar.
Melalui kisah ini, seharusnya kita banyak belajar. Bahwa iman adalah satu-satunya tiket yang kudu dimiliki bagi siapa pun yang ingin menggapai derajat yang tinggi di sisi Allah Ta’ala. Ialah iman yang benar; yang diyakini sepenuh hati, diikrarkan dengan tulus, lalu menjadi ruh dalam setiap amal shalih yang dikerjakan seorang hamba. Itulah sebenar-benarnya iman yang kelak mengantarkan seorang hamba menuju bahagia di surga setelah mulianya hidup di dunia.
Kerahkan seluruh kemampuan untuk menggapai derajat ini. Sebab, jalannya terjal, ujiannya pun melimpah. Di sepanjang jalan menuju kesempurnaan iman itu, ada begitu banyak godaan dan terminal yang menggiurkan agar kita rehat sejenak lalu berhenti untuk selamanya. Maka, berhati-hatilah. [Pirman/Kisahikmah]