Akhirnya, laki-laki ahli ibadah ini menemukan kekasihnya. Hatinya tertambat pada sosok wanita yang berketurunan terhormat, cerdas, lagi cantik jelita. Rebutan banyak laki-laki di masa dan wilayahnya. Saat cinta semakin kokoh di hati sang laki-laki, dia pun memberanikan diri untuk mendatangi wali si wanita. Hendak ungkapkan cinta agar berlanjut ke jenjang nikah penuh berkah.
Sebenarnya, cinta keduanya bertemu. Sang wanita juga tertambat pada kemasyhuran, ketampanan, dan keshalihan sang laki-laki ahli ibadah. Keduanya saling dilanda rindu, merasuk ke dalam hatinya. Makin hari, tumpukan rindu itu kian bertambah. Meninggi gunung meluas samudra.
Hampir saja, tak ada halangan bagi terlaksananya pernikahan yang didambakan.
Sayangnya, keduanya harus menuruti ketentuan orang tua si wanita. Sebagai ayah yang baik, ia menjodohkan anak gadisnya itu dengan anak laki-laki saudaranya, sepupu. Tak bisa mengelak, sang laki-laki ahli ibadah pun mundur teratur. Meski cintanya tak berkurang. Justru, makin bertambah.
Sang wanita, rupanya tak kehabisan cara. Lantaran desakan cinta yang sampai ke ubun-ubun, dia menawarkan sebuah tindakan yang tak pernah terkira sebelumnya. Dia mendatangi sang ahli ibadah dengan ajakan yang amat menggiurkan bagi laki-laki zaman kini. Kata si wanita, “Datanglah. Atau, akan kuatur waktu agar kita bisa bertemu.” Itu, jelas sekali merupakan kalimat ajakan untuk berhubungan suami istri, sebab cintanya makin menggebu-gebu.
Namun, sang laki-laki ahli ibadah benar-benar memahami. Sedikit pun, dia tak sepakat dengan rayuan si wanita, meski dia sangat menginginkannya.
Mendapat penolakan dari sang laki-laki, si wanita sangat terpukul. Malu tiada terkira. Dia pun mengambil jalan yang ditempuh oleh si laki-laki, mengasingkan diri dari manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, menjadi wanita ahli ibadah.
Berjalan lama, cintanya kepada si laki-laki justru kian bertambah. Badannya menjadi kurus, meski ruhaninya kian gagah. Berbilang masa kemudian, si wanita meninggal dunia. Cinta untuk si pemuda didekap dalam hatinya, dibawa menuju nikmat kubur yang abadi.
Pada suatu malam, sang laki-laki bermimpi bertemu dengan wanita tambatan hatinya itu. Dia terlihat mengenakan gaun serbaputih, cantik, wangi, dan sangat memesona. Keduanya terlibat dialog mengharukan tentang cinta mereka.
“Cinta untukmu kian bertambah.” Kata si wanita yang diikuti sebuah kabar, “Tak lama lagi, kita akan kembali bersua.”
Tepat tujuh hari setelah mimpi itu, laki-laki ahli ibadah ini meninggal dunia. Keduanya bertemu dalam naungan cinta yang lebih abadi karena berhasil memenangkan iman atas desakan syahwatnya.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]