Bidadari digambarkan Al Qur’an sebagai makhluk yang jelita, putih bersih, nikmat untuk orang-orang yang beriman di dalam surga. Sedangkan hadits menggambarkan keindahan bidadari jika satu saja diturunkan ke dunia, maka seluruh dunia akan terpesona keindahannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ . فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ . لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ
“(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin” (QS. Ar Rahman: 72-74)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَلَوْ أَنَّ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ اطَّلَعَتْ إِلَى أَهْلِ الأَرْضِ لأَضَاءَتْ مَا بَيْنَهُمَا
“Seandainya seorang wanita penghuni surga (bidadari) menampakkan diri kepada penduduk bumi, niscaya ia mampu menyinari apa yang ada pada keduanya (langit dan bumi)” (HR. Bukhari)
Makhluk yang demikian mempesona itu, mereka diciptakan dari apa?
Al Qur’an hanya sekali menyebutkan tentang penciptaan bidadari. Yakni dalam surat Al Waqi’ah ayat 35.
إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari) dengan langsung” (QS. Al Waqi’ah: 35)
Para mufassir menyepakati bahwa yang dimaksud dalam ayat ini adalah bidadari. Akan tetapi, banyak mufassir yang membiarkan ayat ini tanpa menjelaskan lebih lanjut tentang insyaa’aa (dengan langsung). Termasuk Ibnu Katsir dan Sayyid Qutb, mereka berdua tidak menjelaskan apa maksud insyaa’aa.
Sedangkan Syaikh Mahir Ahmad Ash Shufi dalam Al Jannatu wan Nar menjelaskan bahwa bidadari tidak dilahirkan atau melalui kehamilan. Itulah makna insyaa’aa.
Lalu dari apa bidadari diciptakan? Para ulama menerangkan, bidadari diciptakan dari za’faran. Sebagaimana sebuah hadits:
خَلَقَ اللَّهُ الْحُورَ الْعِينَ مِنَ الزَّعْفَرَانِ
“Allah menciptakan bidadari dari za’faran” (HR. Thabrani)
Syaikh Nasiruddin Al Albani menilai hadits ini dhaif, namun sejumlah ulama seperti Ibnu Qayyim Al Jauziyah menegaskan bahwa bidadari diciptakan Allah dari za’faran.
“Kalau wanita dunia yang terbuat dari tanah saja kecantikannya sudah sedemikian memukau, bagaimana dengan bidadari yang diciptakan dari za’faran,” kata Ibnu Qayyim Al Jauziyah, “Tidak terbayangkan keelokan rupa dan bentuknya.”
Atsar sahabat juga menguatkan asal penciptaan bidadari ini.
Abu Nu’aim meriwayatkan dari Anas radhiyallahu anhu, “Andai seorang bidadari meludah di tujuh samudra, niscaya seluruh samudra itu akan tawar, saking manisnya mulut bidadari, karena bidadari diciptakan dari za’faran.”
Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Kisahikmah.com]