Padahal semua amal tak mampu menyelamatkan, kecuali atas Rahmat dan karunia dari Allah Ta’ala. Padahal, semua amal bisa ditolak, sesuai dengan Kehendak dan Ilmu-Nya. Padahal, tak ada yang menjamin kita benar-benar selamat di kehidupan dunia dan akhirat.
Jadi, mengapa masih merasa suci? Untuk apa?
Kemudian kita dengan mudah mengutuk orang lain yang berseberangan. Menganggap orang lain munafiq hanya karena mengambil ijtihad selain pemahaman kita. Memvonis orang lain kafir hanya karena berbeda dalam soal cabang dalam agama. Kemudian kita mengutuk bahwa mereka di neraka, sedangkan kita di surga.
Surganya siapa? Nerakanya siapa? Jangan-jangan neraka dan surgamu, tapi bukan neraka dan surga milik Allah Ta’ala!
Tak perlu mengutuk. Sebab tidak mengutuk pun, kita tak dimintai pertanggungjawaban mengapa tidak mengutuk. Mengutuk itu ada tempatnya. Sedangkan membiasakan diri hingga mudah sampaikan kutukan itu penyakit hati yang amat serius dampak buruknya, di dunia dan akhirat.
Tak perlu pula mendoakan keburukan untuk orang lain, sejahat apa pun ia. Jangan sia-siakan lisan, pikiran, dan hatimu untuk itu. Cukup diam jika tak mampu mendoakan kebaikan. Cukup berlalu jika tak kuat mental untuk memberikan balasan dengan bijak dan penuh hikmah.
Percayalah, doa keburukan akan berbalik kepada yang mendoakan. Dan jika kita menzhalimi-sebagai balasan atas kezhaliman yang kita terima-maka kita akan dituntut jika balasan kezhaliman dari kita melebihi kezhaliman yang diberikan oleh orang lain kepada kita.
Bukankah ini perniagaan yang dipenuhi kerugian di dalamnya?
Terakhir, buat apa menjelek-jelekkan orang lain? Memangnya kita sudah baik dan pasti masuk surga?
Buat apa mengolok-olok orang lain? Memangnya Allah Ta’ala cinta kepada para pengolok-olok?
Semoga Allah Ta’ala menjaga lisan kita dari segala jenis keburukan. Semoga Allah Ta’ala menyibukkan lisan kita dengan berbagai jenis amal ketaatan yang mengantarkan kita menuju surga dan ridha serta pertemuan dengan-Nya.
Ya Allah, ampuni semua dosa yang pernah dikerjakan oleh lisan kami dari akil baligh hingga kelak bertemu dengan-Mu. Aamiin.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]