Celakanya orang ini. Kesombongan telah merasuk dalam diri dan jiwanya. Secara pongah bersumpah akan membunuh Nabi. Faktanya, sumpahnya balik kepada dirinya. Bahkan, ia mengalami azab yang sangat berat sebab sumpahnya itu, padahal Nabi ‘hanya’ menusuknya di bagian tenggorokan.
Dikisahkan oleh ‘Urwah bin Zubair, lelaki bernama Ubay bin Khalaf yang merupakan saudara Bani Jumah bersumpah untuk membunuh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam saat ia berada di Makkah. Ketika kabar sumpah itu disampaikan kepada Rasulullah, beliau menjawab, “Bahkan, aku yang akan membunuhnya, insya Allah.”
Ketika Perang Uhud berkecamuk, Ubay bin Khalaf yang tengah memakai baju besi ini berkata, “Aku tidak akan selamat selama Muhammad masih selamat.”
Ia pun mendatangi Nabi untuk mewujudkan niat jahatnya itu. Sebelum berhadapan dengan Nabi, Mush’ab bin ‘Umair pun menghadangnya. Keduanya bertempur, dan Mush’ab syahid di jalan Allah Ta’ala.
Saat berhadapan dengan Nabi, beliau melihat celah antara baju besi dengan topi besi yang dikenakan Ubay bin Khalaf. Nah, dengan kesigapan dan ketangkasannya, beliau menusuk celah tersebut yang merupakan bagian tenggorokan.
Selain kecil, dari tusukan itu tidak mengeluarkan darah sedikit pun. Maka teman-temannya pun membawanya pulang ke Makkah. Kesakitan, Ubay bin Khalaf mengeluarkan suara seperti sapi yang keskitan saat disembelih. Karenanya, teman-temannya pun mengejeknya, “Mengapa kau mengerang? Padahal hanya tusukan kecil!”
Begitulah orang-orang kafir. Tak ada sedikit pun simpati apalagi empati di antara mereka. Mereka hanya nampak akrab di luar, namun hatinya senantiasa berselisih dan saling adu punggung. Tak ada persatuan dan kesatuan dalam kelompok mereka.
Meski kesakitan, Ubay masih sempat mengisahkan apa yang dialaminya. Bahwa tusukan itu dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Lantas, Ubay pun bersumpah, “Demi Rabb yang jiwaku berada di Tangan-Nya, seandainya apa yang menimpaku ini menimpa penduduk Dzul Majaz, niscaya mereka akan mati semua.”
Ia pun menikmati hasil sumpah laknatnya. Ia mati, dan dimasukkan ke dalam siksa api neraka.
Merugilah orang-orang kafir, perniagaan, perkataan, dan semua yang diusahakannya dalam upaya memadamkan cahaya-cahaya Allah Ta’ala. Sebab hal itu akan sia-sia belaka. [Pirman]