Mengapa Ayat Kursi Paling Agung dalam Al-Qur’an?

0
ayat kursi ayat paling agung

Ayat kursi adalah ayat paling agung dalam Al-Qur’an. Hal itu sebagaimana jawaban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat Abu Dzar al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada beliau.

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّمَا أُنْزِلَ عَلَيْكَ أَعْظَمُ قَالَ آيَةُ الْكُرْسِىِّ , اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ

Aku (Abu Dzar) bertanya, “Ya Rasulullah, di antara ayat yang diturunkan kepadamu, manakah yang paling agung?” Beliau bersabda, “Ayat kursi, yakni Allaahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum.” (HR. Ahmad)

Hadits dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu juga menguatkan bahwa ayat kursi adalah ayat paling agung dalam Al-Qur’an.

عَنْ أُبَىٍّ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- سَأَلَهُ « أَىُّ آيَةٍ فِى كِتَابِ اللَّهِ أَعْظَمُ ». قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ . فَرَدَّدَهَا مِرَاراً ثُمَّ قَالَ أُبَىٌّ آيَةُ الْكُرْسِىِّ. قَالَ « لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنَّ لَهَا لِسَاناً وَشَفَتَيْنِ تُقَدِّسُ الْمَلِكَ عِنْدَ سَاقِ الْعَرْشِ

عَنْ أُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِى أَىُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ ». قَالَ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِى أَىُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ ». قَالَ قُلْتُ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ. قَالَ فَضَرَبَ فِى صَدْرِى وَقَالَ « وَاللَّهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ

Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Wahai Abu Mundzir, tahukah engkau ayat mana dari Kitab Allah yang paling agung?” Aku pun menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah bertanya lagi, “Wahai Abu Mundzir, tahukah engkau ayat mana dari Kitab Allah yang paling agung?” Aku menjawab, “Allahu laa ilaaha illa huwal hayyul qayyum (ayat kursi).” Rasulullah menyentuh dadaku dan bersabda, “Demi Allah, selamat atas ilmu (yang diberikan Allah kepadamu) wahai Abul Mundzir” (HR. Muslim)

Mengapa ayat kursi menjadi ayat paling agung dalam Al-Qur’an? Syekh Izzuddin bin Abdussalam dalam Maqashid al-Ibadah, karena ayat ini berisi tauhid dan menjelaskan tentang asma dan sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seluruh ayat dalam Al-Qur’an merupakan ayat yang agung lagi mulia karena semuanya adalah kalam Allah. Namun, kalam Allah tentang Allah itu lebih agung dan mulia daripada kalam Allah tentang selain Allah.

Baca juga: Hutang Lunas dengan Tahajud

Kandungan Ayat Kursi

Ayat kursi dimulai dengan tauhid ilahiyah. Bahwa tiada ilah kecuali Allah.

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya);

Setelah menyebut dua asmaul husna (al hayyu dan al qayyum), ayat ini menyebut dua sifat-Nya.

لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ

tidak mengantuk dan tidak tidur.

Kemudian menyebut kekuasaan Allah (mulkiyatullah).

لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ

Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi.

Juga kekuasaan-Nya di akhirat kelak.

مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ

Siapa yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya?

Kemudian menjelaskan ilmu Allah.

يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ

Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka,

وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ

dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.

Lalu penjelasan mengenai kursi Allah dan dari sinilah nama untuk Surat Al Baqarah ayat 255 ini.

وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا

Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya,

Terakhir, dua asmaul husna menutup ayat ini.

وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Demikianlah mengapa ayat kursi menjadi ayat paling agung dalam Al-Qur’an. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Kisah Hikmah]

Artikel sebelumnyaCara Meneladani Al Muhyi, Asmaul Husna ke-60
Artikel berikutnyaTafsir Mimpi Gigi Rontok yang Menyelamatkan