Setelah Tahu Ayat Ini, Orang Terkaya di Madinah Langsung Infaqkan Kebun Kesayangannya

0
ilustrasi @Sahabat-alAqsha

Mari belajar dari sahabat dalam mempraktekkan seluruh ayat yang diturunkan oleh Allah Ta’ala dalam al-Qur’an al-Adhim. Mereka mendengar, lalu taat. Mereka tahu, lalu memahami, dan mengerjakan. Bahkan jarak antara tahu dan amal, jedanya amat singkat.

Berikut kisah sahabat yang merupakan orang terkaya di Madinah. Beliau langsung menyerahkan kebunnya di jalan Allah Ta’ala sesaat setelah mengetahui ayat tentang keutamaan infaq. Ayat apakah yang dimaksud? Siapakah sosok inspiratif ini?

Kekayaan yang paling dicintai oleh sahabat ini adalah sebuah kebun berjuluk Bairuha’. Posisi kebun tersebut berhadapan dengan masjid. Maka setelah mendengar ayat tentang infaq, ia bergegas mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

“Ya Rasulullah,” lanjutnya menyampaikan, “kuserahkan harta yang paling kucintai ini untuk dimanfaatkan sebagaimana petunjuk yang Allah Ta’ala sampaikan kepadamu.”

“Bagus,” jawab Nabi yang diulang dua kali. Lalu, lanjut beliau dua kali pula, “Yang demikian itulah harta yang menguntungkan, harta yang menguntungkan.”

Namun, sabda Nabi setelahnya, “Aku berpendapat, hendaklah tanah ini kaumanfaatkan untuk keluarga dan kerabatmu.”

“Aku akan laksanakan, ya Rasulullah,” sahut sahabat nan mulia akhlaknya ini. Kemudian, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Imam Ahmad bin Hanbal dari Ishaq bin ‘Abdullah bin Abu Thalhah, “(Sahabat itu pun) membaginya kepada sanak kerabatnya dan putri-putri pamannya.”

Semoga Allah Ta’ala merahmati dan melimpahkan keberkahan kepada sosok ini. Semoga Allah Ta’ala berikan kekuatan kepada kita untuk meneladaninya. Ialah sosok yang tak banyak tanya, namun amat gigih dalam mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala dan sunnah Nabi-Nya.

Beliau yang kisahnya diabadikan dan senantiasa disebut namanya saat kisah ini dibincangkan, adalah sosok tangguh bernama Abu Thalhah yang terletak gelar ‘al-Anshari’ di belakang namanya.

Sedangkan ayat yang menjadi inspirasi dalam amalnya adalah surat Ali ‘Imran [3] ayat 92:

لَن تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا مِن شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.

Waki’ meriwayatkan dari ‘Amr bin Maimun, bahwa al-Birr (kebaikan) dalam ayat ini bermakna surga. Artinya, “Tidak akan dapat masuk ke surga, sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” [Pirman]

Artikel sebelumnyaAbang Pilih yang Mana, Surga atau Neraka?
Artikel berikutnyaYa Rasulullah, Masjid Apa yang Pertama Kali Didirikan?