Riwayat yang Membuktikan Rasulullah Tahu Isi Hati Sahabatnya

0
ilustrasi @bajarpormarruecos

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam memiliki banyak mukjizat sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat shahih tentang kemukjizatan beliau. Selain al-Qur’an sebagai mukjizat yang paling utama dan abadi sepanjang zaman, Nabi juga memiliki mukjizat bisa mengetahui isi sahabtnya.

Hal ini berdasarkan riwayat yang bersumber dari Abu Na’im dalam kitab al-Hilyah dari Wabishah Radhiyallahu ‘anhu.

Tersebutlah bahwa Wabishah mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Ia bermaksud menanyakan tentang kebaikan dan komitmen untuk menjalankannya, serta menanyakan keburukan dan dosa, kemudian bersungguh-sungguh untuk meninggalkannya.

Saat itu, ada banyak sahabat yang berkumpul di sekitar Nabi. Demi melihat kedatangan Wabishah, Rasulullah pun memanggil sahabatnya itu. “Mendektlah kemari, wahai Wabishah,” ujar Rasulullah mempersilakan.

Wabishah pun mendekat, hingga lututnya menyentuh lutut Nabi. Dalam jenak, Nabi bersabda, “Wahai Wabishah,” ungkap Nabi melanjutkan, “Aku akan mengabarkan kepadamu akan sebab apa engkau datang bertanya kepadaku.”

Wabishah menjawab, “Beritahukan kepadaku, wahai Rasulullah.” Kemudian, Nabi mengatakan apa yang tersimpan di hati Wabishah. Beliau mengetahui sebelum sahabatnyan itu menyampaikan. Sabda Nabi, “Engkau datang kepadaku untuk bertanya tentang kebajikan dan dosa (keburukan)?”

“Benar,” jawab Wabishah. Kemudian, Nabi merapatkan jari-jemari beliau seraya meletakkannya di dada Wabishah.

Sabda Nabi menerangkan, “Hai Wabishah, tanyakan pada hati dan jiwamu.” Terang Rasulullah tentang kebajikan, “Kebajikan adalah sesuatu yang menenangkan hati dan menentramkan jiwa.” Sedangkan terkait dosa (keburukan), Nabi menjelaskan, “Dosa adalah sesuatu yang membuat bimbang jiwa dan menimbulkan ragu-ragu dalam dada.” Lanjut Rasulullah, “Meskipun manusia (pada umumnya) selalu membenarkanmu.”

Inilah riwayat agung yang menjelaskan keumuman ajaran Islam. Hanya dengan menyampaikan perkataan yang singkat, Nabi telah menjabarkan jutaan amal yang termasuk dalam kebaikan maupun keburukan.

Beliau menerangkan kaidah umum tersebut karena mengetahui bahwa jiwa diciptakan oleh Allah Ta’ala sesuai fithrahnya. Bahkan dalam kandungan, semua janin mengakui keesaan Allah Ta’ala dan tetap dalam keadaan fithrah hingga ia dilahirkan.

Barulah oleh orang tuanya, jiwa yang fithrah itu bisa tetap sesuai fithrahnya kemudian berislam, atau menyimpang dari fithrah dengan menjadi Yahudi, Nasrani, Majusi maupun selain Islam lainnya.

Dengan tetap menjaga fithrah jiwa itulah, seseorang bisa dengan mudah mengetahui dan mengenali kebaikan kemudian menjadi pendukungnya, maupun keburukan dan dosa untuk menjauhi dan berlindung kepada Allah Ta’ala darinya. [Pirman]

Artikel sebelumnyaLakukan Amalan Ini Sehari, Anda akan Dijauhkan dari Neraka Sejauh 70 Musim
Artikel berikutnyaBerkunjung dari Kampung, Sampai di Kota Malah Ditelantarkan Anak Kandungnya