Kisah Anak Durhaka: Sengsara setelah Menikah

0
ilustrasi @www.istikmalia.com

Keluarga ini memiliki bisnis di bidang logam. Fabrikasi besi. Sejenis bengkel. Lengkap dengan alat-alat yang berhubungan dengan cutting, bending, sampai las dan seterusnya. Mereka hidup dalam kecukupan materi. Alhamdulillah.

Sebagai buah hati semata wayang, anak laki-laki ini juga menjadi satu-satunya pewaris tunggal usaha keluarga. Dia tumbuh menjadi sosok yang cerdas, cepat belajar, mudah memahami persoalan dan penyelesaiannya.

Memasuki usia dewasa, ayah dan ibunya mengusulkan agar ia segera mencari pendamping hidup. Rupanya, si anak laki-lakinya itu sudah memiliki target. Seorang gadis telah berhasil mencuri hati, menyita perhatian, dan benar-benar ingin dijadikannya sebagai istri.

Malangnya, ayah dan ibunya tidak sepakat ketika gadis itu diajak ke rumah untuk berkenalan. Dasar keras kepala, sang anak berupaya sekuat tenaga untuk meyakinkan kedua orang tuanya. Berbagai cara ditempuh, demi bersandingnya sang gadis di pelaminan bersamanya.

Lantaran mengetahui sikap anaknya yang keras kepala, sang ibu pun mengalah. Wanita berhati sutra ini menyampaikan nasihat, “Nak, jika tekadmu bulat, ibu mustahil melarangnya. Namun, ingatlah satu hal; kualitas kecantikan fisik bukanlah jaminan bahwa kalian akan menjalani hidup bahagia setelah pernikahan.”

Pernikahan dihelat. Sang istri diboyong ke rumah kedua orang tuanya. Bersama untuk beberapa masa.

Berbilang bulan kemudian, sang istri berkonflik dengan ibunya. Berhasil diredam. Namun, kembali terulang. Ayahnya mengusulkan agar mereka menjalani hidup di rumah sendiri. Lantas dibelilah sebuah hunian yang cukup mewah.

Memasuki hunian baru, sang istri tidak mau membeli barang-barang murah. Segala jenis perabotan mahal dibeli. Demi memuaskan kehendak nafsu dan gengsi dengan teman-temannya. Selain itu, sepasang suami istri ini juga sering dilanda konflik. Sang suami semakin terpuruk ketika usahanya di bidang logam besi menurun.

Lama-kelamaan, usaha sang suami bangkrut. Menganggur. Dengan semangat menghidupi sang istri, dia berkeliling dari satu gedung ke gedung lain untuk melamar pekerjaan. Namun, semua perusahaan menolak lamarannya.

Dalam tempo yang lama, dia menganggur. Hanya di rumah. Satu persatu perabotannya dijual. Untuk menyambung hidup. Parahnya, sang istri tetap cuek. Dia tidak mengubah kebiasaan. Hidup dengan caranya; berfoya-foya.

“Dasar laki-laki tidak berguna. Mirip perempuan. Hanya di rumah. Tidak bekerja.” Kalimat itulah yang dia alamatkan kepada suami yang telah memeras seluruh kemampuan demi hidup bersamanya.

Perhatikanlah, jangan abaikan hak ayah dan ibumu dalam hal jodoh. Tetaplah berbakti kepadanya setelah menikah. Jangan hanya karena kecantikan fisik, lantas engkau lebih membela pasanganmu dengan menzalimi orang yang telah melahirkan dan membesarkanmu.

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]

Sumber: Kisah-kisah Anak Durhaka, Khalid Abu Shalih.

Artikel sebelumnyaKemiskinan yang Mencegah dari Dosa dan Maksiat
Artikel berikutnyaTamparan untuk yang Berkata ‘Setiap Muslim Harus Kaya’