Istri Terburuk yang Membunuh Semua Suaminya

0

Kisah yang diriwayatkan dari Ibnu Abi Dunya ini didapatkan dari Abu ‘Ali ath-Tha’i. Abu ‘Ali mendengarnya dari Abdurrahman al-Bukhari, dari Laits. Kisah yang dikutip oleh Ibnul Qayyim al-Jauziyah dalam ‘Uddatush Shabirin ini menyebutkan tentang istri terburuk yang membunuh semua suaminya. Kisah ini, dikutip dari perkataan Nabi ‘Isa bin Maryam ‘Alaihis salam.

Nabi yang diklaim sebagai Tuhan oleh kaum Nashrani ini melihat dunia sebagai wanita tua yang mengenakan banyak perhiasan di sekujur tubuhnya. Kepada dunia yang diserupakan itu, anak Maryam ini bertanya, “Berapa kali ibu dikawini?”

“Aku,” jawab wanita renta ini, “tidak menghitungnya.”

“Apakah semua yang mengawinimu itu meninggalkan atau menceraikanmu?” tanya ‘Isa yang memiliki mukjizat berbicara di masa bayinya.

“Tidak begitu,” jawab perempuan tua ini, “semuanya aku bunuh.”

“Celakalah suami-suami ibu yang akhir-akhir ini,” jawab Nabi yang kelak diturunkan kembali di akhir zaman untuk membunuh Dajjal. Lanjutnya, “Bagaimana mereka tidak mengambil pelajaran dari suami-suami ibu yang terdahulu yang telah ibu bunuh semua? Kenapa mereka tidak waspada dengan itu?”

Dalam banyak riwayat lain, dunia memang diserupakan dengan ibu tua renta. Banyak sekali yang tertarik melihat tampilan luar, padahal di dalamnya penuh kehinaan nan menjijikkan. Alhasil, setelah mengetahui keasliannya, banyak orang yang segera menceraikan dunia dan tidak pernah merujuknya untuk kedua kali.

Sayangnya, generasi-generasi akhir tidak mengambil pelajaran dari kisah berharga ini. Justru, semakin tua zaman, semakin banyak pula manusia yang terjerumus ke dalam hinanya dunia yang disebut oleh Nabi sebagai sesuatu yang tidak lebih berharga dari sayap seekor nyamuk.

Dalam riwayat di atas, sosok suami bagi ibu tua sebagai perlambang dunia adalah manusia-manusia yang amat terobsesi dengan kehidupan dunia dan segala perhiasannya. Saking cintanya, mereka lupa dengan akhirat yang abadi, sedikit dzikir, lupa dengan ibadah, dan mengabaikan amal shalih.

Kehidupan yang dijalani adalah kegersangan, persaingan jahat, dan seteru antara satu dengan yang lainnya. Ironisnya, banyak yang terjerumus, amat sedikit yang selamat. Padahal, dalam riwayat lain, Nabi menyebutkan bahwa dunia tidak lebih berharga dari seekor bangkai kambing yang membusuk dan tidak memiliki satu telinga. [Pirman/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaEmpat Penyebab Kefakiran (2)
Artikel berikutnya‘Umar Pun Menangis dan Mengucap, “Alhamdulillah…”